Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) berada dalam posisi menghijau sepanjang tahun berjalan dan diproyeksikan tembus level 8.000. Namun, bagaimana perbandingan kinerjanya dengan indeks pasar modal di negara Asia Tenggara lainnya?
Berdasarkan data RTI Business, IHSG memang melemah 0,48% ke level 7.740,9 pada perdagangan hari ini, Rabu (25/9/2024). Namun, IHSG berada di zona hijau, menguat 6,44% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd). Dalam sebulan perdagangan, IHSG telah menguat 1,88%.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina mengatakan saat ini IHSG sedang moncer didorong oleh sejumlah sentimen. Mirae Asset Sekuritas menargetkan IHSG di level 7.915 pada tahun ini.
Sentimen yang mendorong penguatan IHSG di antaranya adalah tren penurunan suku bunga acuan.
"Saat ini market mulai bergerak lebih baik lagi, karena memang kan terdorong oleh momentum suku bunga yang dipangkas," ujarnya saat ditemui media massa, Selasa (24/9/2024).
Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 17—18 September 2024, Bank Indonesia (BI) memang memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 6%. Hal itu menjadi penurunan suku bunga pertama sejak Agustus 2022.
Baca Juga
Selain itu, bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed menurunkan suku bunga acuannya 50 basis poin ke level 4,75%-5,0%.
Menurutnya IHSG mempunyai peluang tembus 8.000 pada akhir tahun ini. "Kemungkinan masih ada [tembus level 8.000]. Akan tetapi, biasanya untuk pindah ke 8.000 dari 7.000 agak lebih berat," ujarnya.
Dia mengatakan momen yang bisa mendongkrak kinerja IHSG tembus 8.000 adalah arus dana asing yang kuat saat suku bunga The Fed mulai turun. Bahkan, penurunan suku bunga acuan berpeluang berlanjut pada akhir tahun ini.
Sebelumnya, Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati mengatakan IHSG pada akhir tahun ini memang berpotensi moncer, bahkan bisa tembus rekor lagi ke level 8.000. Namun, ada sentimen-sentimen yang bisa menggerakannya.
Dari sisi makroekonomi, yang akan mendorong adalah tren penurunan suku bunga acuan. Sementara itu, penurunan suku bunga acuan akan memberikan dampak penguatan rupiah.
Faktor lainnya yang akan mendorong IHSG ke level 8.000 adalah stabilitas politik. Sebab, ada beberapa momen terkait politik yang bisa diperhatikan, seperti pelantikan Presiden RI terpilih pada bulan depan hingga pemilihan kepala daerah. Meski begitu, sejauh ini gejolak politik masih bisa diredam.
"Target bulish 8.000. Variabel yang memberatkan stabilitas politik, akan tetapi sejauh ini baik," ujarnya.
Menurutnya, tak menutup kemungkinan pada awal 2025 IHSG bisa menembus level 8.200 apabila stabilitas politik dalam negeri serta luar negeri bisa dijaga.
Perbandingan kinerja IHSG dengan indeks pasar modal lainnya di Asia Tenggara hingga perdagangan Selasa (24/9/2024):
No | Negara | Indeks | Level | %ytd |
1 | Filipina | PSEi Index | 7.432,21 | 15,23% |
2 | Malaysia | FTSE Bursa Malaysia KLCI Index | 1.670,37 | 14,83% |
3 | Vietnam | VN-Index | 1.268,48 | 12,36% |
4 | Singapura | Straits Times Index STI | 3.622,74 | 11,80% |
5 | Indonesia | IHSG | 7.778,49 | 6,95% |
6 | Thailand | SET Index | 1.462,1 | 3,27% |
Sumber: BEI