Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Pecah Rekor Lagi Jelang Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Harga emas kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa seiring dengan sikap pasar menunggu bank sentral AS pada esok hari.
Emas batangan dijual di toko Gold Investments Ltd. di London, Inggris. Bloomberg/Chris Ratcliffe
Emas batangan dijual di toko Gold Investments Ltd. di London, Inggris. Bloomberg/Chris Ratcliffe

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa seiring dengan sikap pasar menunggu bank sentral AS, Federal Reserve, yang akan mulai melonggarkan kebijakan moneternya untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat tahun.

Mengutip Bloomberg pada Selasa (17/9/2024), harga emas sempat naik sebesar 0,5% ke level tertinggi US$2,589.70 per troy ounce pada perdagangan Senin waktu AS, melanjutkan reli 3,2% pada minggu lalu, menjelang pertemuan The Fed pada 17-18 September. 

Pertemuan The Fed tersebut diperkirakan akan menghasilkan penurunan suku bunga setidaknya 25 basis poin. Adapun, harga emas mengurangi sebagian kenaikannya selama jam perdagangan berlangsung.

Namun, terdapat perbedaan pendapat mengenai laju jalur pelonggaran bank sentral AS di masa depan, dengan beberapa pedagang dan ekonom kini memperkirakan pengurangan setengah poin yang lebih besar pada minggu ini. Biaya pinjaman yang lebih rendah sering kali dianggap sebagai bullish bagi emas, karena tidak dikenakan bunga.

“Apakah pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 atau 50 bps penting dalam jangka pendek,” kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank A/S. 

Hansen melanjutkan, keputusan tersebut mungkin mengirimkan sinyal yang lebih kuat tentang bagaimana Komite Pasar Terbuka Federal memandang prospek ekonomi saat ini.

Adapun, pergerakan harga logam mulia juga didukung oleh melemahnya dolar AS. Koreksi ini terjadi setelah adanya upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden Donald Trump.

Emas telah menguat lebih dari seperempat tahun ini dan terakhir mencapai rekor tertingginya pada hari Jumat, didukung oleh sinyal The Fed yang akan beralih ke pelonggaran moneter. Pembelian bank sentral dan kuatnya permintaan aset safe haven akibat konflik di Timur Tengah dan Ukraina telah membantu kemajuan ini. Minat investor ritel juga meningkat.

“Dunia yang terpecah belah dan dipenuhi risiko geopolitik dan utang akan terus menopang harga,” jelas Hansen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper