Bisnis.com, JAKARTA -- Indeks harga saham gabungan (IHSG) tercatat mencetak rekor berulang kali sejak Agustus 2024. Akan tetapi, peningkatan IHSG ini belum diimbangi oleh rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) yang melesat.
Associate Director of Investment and Research Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan IHSG sejauh ini memang mengalami kenaikan. Akan tetapi, volatilitasnya juga masih tercatat tinggi.
"Volatilitas tinggi membuat investor masih cenderung wait and see meskipun memang semuanya akan kembali ke fokus durasi trading investor," ujar Nico, Senin (9/9/2024).
Selain itu, lanjut Nico, tingginya tingkat suku bunga yang ada saat ini, masih mengurangi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi kepada aset-aset yang berisiko seperti saham. Hal ini membuat RNTH belum dapat melesat tinggi.
Apalagi, lanjutnya, obligasi yang ada saat ini masih memberikan bunga yang jauh lebih tinggi, dan kepastian keuntungan dari sisi kupon.
"Hal ini yang membuat nilai transaksi harian masih belum kunjung pulih," ujar Nico.
Namun, kata dia, apabila The Fed menurunkan tingkat suku bunga, hal ini akan memberikan arah angin yang positif bagi nilai transaksi harian ke depannya.
Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menuturkan dengan IHSG yang menembus rekor all time high beberapa kali, RNTH juga ikut terangkat. Menurut Iman, RNTH bursa saat ini telah melampaui target Bursa di awal tahun sebesar Rp12,25 triliun.
"RNTH kita saat ini sudah Rp12,6 triliun," ujar Iman, ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (7/9/2024).
Di sisi lain, dalam laporannya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga Agustus 2024, dari sisi likuiditas transaksi, RNTH pasar saham tercatat Rp12,7 triliun sejak awal tahun hingga saat ini.
OJK menuturkan tren penguatan ini mendorong IHSG mencetak all time high pada Agustus dengan rekor tertinggi pada 30 Agustus di level 7.670,73, dan melanjutkan rekor all time high di September 2024.