Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja indeks reksa dana saham (IRDSH) serta dana kelolaan asset under management (AUM) reksa dana mengalami tren penurunan di saat indeks harga saham gabungan (IHSG) tancap gas. Manajer investasi pun ancang-ancang strategi penguatan pasar reksa dana.
IRDSH mengalami tren penurunan signifikan 4,43% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) hingga Agustus 2024.
AUM reksadana juga mengalami penurunan 4,33% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp497,5 triliun pada Juli 2024. Penurunan terbesar terjadi pada reksadana saham, dengan AUM yang terpangkas hingga 18,36% yoy.
Padahal, IHSG mencatat kenaikan sebesar 5,47% secara ytd per Agustus 2024. Hingga perdagangan sesi pertama hari ini, Jumat (6/9/2024), IHSG pun masih di zona hijau, naik 6,34% ytd.
CEO STAR Asset Management, Hanif Mantiq mengatakan penurunan kinerja IRDSH meskipun IHSG mengalami kenaikan, dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, strategi manajer investasi dan komposisi portofolio reksa dana saham.
"Manajer investasi mungkin telah melakukan strategi investasi yang tidak selaras dengan pergerakan pasar yang lebih luas," ujarnya kepada Bisnis pada Jumat (6/9/2024).
Baca Juga
Menurutnya, komposisi reksadana saham mungkin memiliki komposisi portofolio yang berbeda dibandingkan IHSG. Beberapa manajer investasi juga kemungkinan overweight pada sektor atau saham yang mengalami kinerja kurang baik, misalnya, sektor teknologi dan transportasi-logistik yang mungkin tidak berkinerja sebaik sektor energi di IHSG.
Faktor kedua, manajer investasi mungkin telah melakukan perubahan taktik investasi yang tidak selaras dengan pergerakan pasar yang lebih luas. Jika manajer investasi lebih defensif atau lebih agresif di sektor-sektor yang salah, kinerja reksa dana saham bisa tertinggal dibandingkan IHSG yang lebih luas.
Faktor ketiga, pengaruh global dan sentimen pasar yang menekan reksa dana saham. Meskipun IHSG mencatat kenaikan, tekanan pada saham-saham tertentu yang dipegang oleh reksa dana bisa menyebabkan perbedaan dalam kinerja.
Adapun, AUM reksadana menyusut disebabkan oleh sejumlah faktor. Pertama, ketidakpastian geopolitik atau tekanan di pasar global yang memengaruhi investor asing untuk menarik dana dari pasar saham Indonesia.
Kedua, kenaikan suku bunga yang membuat investor cenderung beralih ke instrumen dengan risiko lebih rendah, yang memberikan imbal hasil lebih stabil dibandingkan saham seperti instrumen investasi berbasis obligasi atau pendapatan tetap.
Ketiga, ada peningkatan minat khususnya di investor generasi muda pada alternatif investasi khususnya yang berbasis kripto.
Keempat, adanya peraturan baru yang berlaku untuk beberapa institusi seperti asuransi dan dana pensiun, menyebabkan pindahnya AUM dari reksadana, termasuk reksadana saham ke kontrak pengelolaan dana.
Dengan kondisi tersebut, manajer investasi pun menyiapkan sederet strategi. "Manajer investasi biasanya menerapkan beberapa strategi untuk menghadapi penurunan kinerja di reksa dana, seperti rebalancing portofolio atau memindahkan alokasi aset dari saham yang berkinerja buruk ke saham yang memiliki potensi lebih baik," ujar Hanif.
Selain itu, menurutnya beberapa manajer investasi menambahkan eksposur internasional untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan di luar Indonesia serta mengurangi ketergantungan pada pasar lokal.
Lalu, manajer investasi meningkatkan alokasi ke instrumen dengan likuiditas lebih tinggi seperti pasar uang atau obligasi jangka pendek, untuk menjaga fleksibilitas portofolio di tengah volatilitas pasar saham.
Kemudian, manajer investasi menggunakan instrumen derivatif atau hedging untuk mengurangi risiko yang terkait dengan fluktuasi pasar.
Manajer Investasi juga memanfaatkan platform digital untuk meningkatkan aksesibilitas produk reksadana ke investor ritel dan pada gilirannya meningkatkan AUM serta mengimbangi penurunan AUM pada segmen institusi.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan dengan kondisi penurunan kinerja IRDSH serta AUM reksa dana, manajer investasi pun akan menjalankan strategi sesuai dengan kebijakan investasinya.
"Ada index fund yang sesuai indeks, ada reksa dana aktif yang berorientasi value mencari saham dengan valuasi murah," ujarnya kepada Bisnis pada Kamis (5/9/2024).
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.