Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Menguat 0,99% Tembus Level Rp15.675 per Dolar AS

Rupiah ditutup menguat ke posisi Rp15.675 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (14/8/2024). Adapun Indeks dolar terantau melemah 0,13% ke 102,24.
Rupiah ditutup menguat ke posisi Rp15.675 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (14/8/2024). Adapun Indeks dolar terantau melemah 0,13% ke 102,24. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Rupiah ditutup menguat ke posisi Rp15.675 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (14/8/2024). Adapun Indeks dolar terantau melemah 0,13% ke 102,24. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup menguat ke posisi Rp15.675 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (14/8/2024).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan naik 0,99% atau 157,5 poin ke posisi Rp15.675 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau melemah 0,13% ke posisi 102,247.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Baht Thailand menguat 0,14%, won Korea menguat 0,78%, ringgit Malaysia menguat 0,59%, dan yuan China menguat 0,15%.

Lalu, peso Filipina menguat 0,02%, dolar Taiwan menguat 0,50%, dolar Singapura menguat sebesar 0,16%, rupee India menguat 0,01%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan sebesar 0,00% dan yen Jepang justru melemah 0,16%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat tajam 157,5 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 160 poin di level Rp15.675 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.832,5.

Sedangkan, dia memprediksi bahwa untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.600-Rp15.710.

Menurutnya, ada banyak faktor yang menyebabkan ekonomi global mengalami tekanan, di antaranya yang paling kentara adalah kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dikabarkan terancam resesi.

Adapun hal itu dikarenakan para pelaku pasar keuangan memperkirakan AS bakal mengalami hard landing usai mengalami inflasi yang tinggi. Inilah yang terjadi pada pekan lalu, yang menunjukkan volatilitas besar dari sisi ekonomi AS dan pengaruhnya ke seluruh dunia.

Sedangkan, kondisi perekonomian di Eropa masih terpantau rentan karena sentimen geopolitik serta perang antara Ukraina dan Rusia.

Kemudian, perekonomian China mengalami pertumbuhan yang melambat pada kuartal II 2024 di angka 4,7%, diantaranya karena masalah pinjaman dalam negeri yang besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper