Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menakar Tenaga Saham BUMN Karya WIKA, ADHI, PTPP Usai Jadi Top Gainers

Saham emiten BUMN Karya dan anak-anak usahanya mencuri perhatian dengan menjadi top gainers dalam perdagangan saham Selasa (14/8/2024). Mampukah kembali melaju?
Fahmi Ahmad Burhan, Nyoman Ary Wahyudi
Rabu, 14 Agustus 2024 | 06:00
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten BUMN Karya dan anak-anak usahanya mencuri perhatian dengan menjadi saham paling cuan dalam perdagangan saham Selasa (14/8/2024). Moncernya kinerja tersebut terjadi di tengah kabar masuknya WIKA ke dalam indeks MSCI Indonesia Small Cap dan pernyataan Prabowo Subianto terkait dengan proyek IKN

Bursa Efek Indonesia mencatat 6 dari 10 top gainers pada perdagangan Selasa (14/8/2024) merupakan emiten-emiten BUMN sektor konstruksi dan anak-anak usahanya. Posisi puncak ditempati oleh saham PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) yang meroket 27,38% ke level Rp107 per saham. 

Di belakangnya, saham PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk. (WEGE) mengekor dengan penguatan 26,15% ke posisi Rp82 per saham. Keduanya merupakan anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA). 

Saham WIKA tak ketinggalan mengalami lonjakan pada perdagangan kemarin. WIKA bahkan menyentuh level auto reject atas (ARA) dengan penguatan 24,3% ke level Rp266 per saham. 

Selain Grup Wika, PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) dan anak usahanya PT PP Presisi Tbk. (PPRE) kompak menghijau dengan penguatan masing-masing 22,68% dan 17,14%. Senasib, saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) terapresiasi 22,66% ke posisi Rp314 per saham. 

Di sisi lain, saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) masih disuspensi Bursa sejak 8 Mei 2023 dan parkir di posisi Rp202 per saham.

Moncernya manuver saham-saham terafiliasi BUMN sektor konstruksi tak terlepas dari dua sentimen utama. Pertama, WIKA masuk dalam indeks MSCI Indonesia Small Cap mulai 2 September 2024. 

Sentimen Proyek IKN ke BUMN Karya

Kedua, angin segar BUMN sektor konstruksi datang dari pernyataan Presiden Terpilih Prabowo Subianto yang menegaskan komitmennya untuk melanjutkan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Hal itu disampaikan Prabowo dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Garuda, Ibu Kota Nusantara (IKN), Provinsi Kalimantan Timur, Senin (12/8/2024).

“Saya bertekad juga untuk tegaskan di sini bahwa kita akan lanjutkan [IKN]. Kalau bisa kita percepat," ujar Prabowo dalam keterangan resminya, Selasa (13/8/2024).

Menurut Prabowo, prioritas utama adalah pembangunan gedung-gedung penting seperti Gedung MPR/DPR, perumahan anggota, serta ruang kantor untuk yudikatif, termasuk Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK).

Prabowo yakin bahwa dengan selesainya pusat pemerintahan di IKN, akan ada lebih banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi di ibu kota baru ini.

"Saya optimis selesainya pusat pemerintahan dengan investasi yang lain akan mengundang investor lebih besar lagi," pungkasnya.

Dua sentimen tersebut diamini oleh sejumlah analis. Dihubungi Bisnis, analis Kanaka Hita Solvera Andika Cipta Labora mengatakan saham WIKA ikut terkerek akibat sentimen positif dari proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) yang terus berjalan sampai saat ini.

“Karena dengan masih berjalannya IKN, untuk jangka panjang WIKA masih bisa mendapatkan kontrak dari proyek IKN,” tuturnya, Selasa (14/8/2024).

Selain itu, WIKA juga melambung selepas berembusnya kabar masuknya saham BUMN kontruksi itu ke dalam indeks MSCI Small Cap mulai 2 September 2024.

“Dengan masuknya WIKA ke indeks MSCI maka akan menjadi acuan untuk  institusi asing maupun dalam negeri, untuk masuk ke WIKA,” kata Andika saat dihubungi Bisnis, Selasa (13/8/2024).

Untuk saham WIKA, dia menyematkan rekomendasi beli untuk saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dengan target harga Rp370 per saham sampai dengan Rp380 per saham. Secara teknikal, menurut Andika, level support saham WIKA saat ini berada di angka Rp250 per saham.

Terpisah, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan masuknya WIKA ke dalam MSCI Small Cap Index merupakan sentimen positif karena berpotensi mengundang aliran modal asing (capital inflow) untuk penyesuaian portofolio para fund manager global. 

Selain itu, saham yang masuk ke dalam indeks acuan tersebut berpeluang mengalami peningkatan likuiditas karena minat investor meningkat. Meski begitu, Sukarno menekankan bahwa apabila sentimen positif itu tidak diikuti fundamental emiten yang bagus, kenaikan harga hanya bersifat sementara.

Secara teknikal, dia memperkirakan target harga saham WIKA di rentang Rp290–Rp316 dengan patokan support Rp244 per saham. 

Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyoroti sentimen positif dari adanya komitmen pemerintahan baru dalam melanjutkan Ibu Kota Nusantara (IKN) terhadap saham-saham BUMN konstruksi, termasuk WIKA. 

"Ini memengaruhi katalis positif WIKA atas kontrak baru. Pengaruhi juga performa WIKA. Di sisi lain, ada kekhawatitan negatif cashflow di WIKA," tutur Nafan.

Menakar Tenaga Saham BUMN Karya WIKA, ADHI, PTPP Usai Jadi Top Gainers

Berlomba Himpun Kontrak Baru

Di sisi kinerja operasional, emiten BUMN Karya dan anak-anak usahanya fokus untuk menghimpun kontrak baru. Pada semester I/2024, WIKA melaporkan raihan kontrak baru sebesar Rp10,25 triliun.

Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) Agung Budi Waskito mengatakan bahwa WIKA terus berusaha untuk meningkatkan pendapatan perseroan terutama dari sektor-sektor potensial yang menjadi andalan WIKA.

“Kami percaya bahwa dengan kapabilitas dan kualitas pekerjaan kami, juga didukung oleh kepercayaan para stakeholders kami, bisnis WIKA akan terus tumbuh dan berkembang dengan menyasar berbagai proyek-proyek potensial, khususnya sektor EPC di mana WIKA memiliki portofolio unggul", ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (24/7/2024). 

Kontribusi terbesar atas perolehan kontrak baru tersebut berasal dari segmen industri, diikuti segmen infrastruktur, gedung, proyek EPC dan properti.

Anak usaha WIKA, WEGE dan WTON juga giat berburu kontrak baru. Sepanjang Januari-Juni 2024, WEGE mencatatkan pencapaian kontrak baru sebesar Rp1,15 triliun atau meningkat 39% year-on-year (YoY) dari Rp826,07 miliar pada semester I/2023.

Dengan realisasi itu, total kontrak dihadapi/total keseluruhan proyek WEGE sebesar Rp8,57 triliun.

Menurut Direktur Utama Wika Gedung Hadian Pramudita, WEGE menempuh langkah-langkah strategis untuk menjaga kinerja keuangan. Salah satunya, selektif memilih pelanggan/partner yang memenuhi kriteria bankable.

WEGE juga memilih proyek dengan skema pembayaran monthly progress dan terdapat down payment sehingga cash flow dan working capital berjalan dengan sehat. 

Selain itu, lanjut Hadian, anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) itu akan memperkuat pengembangan dan optimalisasi bisnis modular sebagai bagian dari backward strategy perusahaan guna menopang kinerja.

Terpisah, Sekretaris Perusahaan WIKA Beton Dedi Indra mengatakan pihaknya menargetkan raihan kontrak baru sebesar Rp7,48 triliun sepanjang 2024. 

Untuk meraih target itu, lanjutnya, perseroan akan membidik sejumlah proyek a.l. pembangunan jalan tol Ibu Kota Negara (IKN), infrastruktur pabrik swasta, bendungan, gedung perkantoran, hingga LRT dan MRT.

Sementara itu, kontrak baru ADHI pada periode yang sama mencapai Rp10,7 triliun. Raihan kontrak baru ADHI itu naik 12,15% secara tahunan. 

Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan PTPP Joko Raharjo mengatakan bahwa semester pertama tahun ini, perseroan telah memperoleh nilai kontrak baru sebesar Rp9,65 triliun. Nilai ini turun 16,95% dibanding tahun lalu, yakni Rp11,62 triliun.

“Karena pada awal 2024, masih terkait isu pemilu dan situasi pada awal semester satu ini masih konservatif,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu. 

Dia menuturkan bahwa dari jumlah nilai kontrak baru hingga semester I/2024, proyek dari segmen infrastruktur masih mendominasi lalu disusul proyek gedung.

------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper