Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Geopolitik Global hingga Pinjol Bayangi Target Pertumbuhan Pasar Modal Indonesia

Ketidakstabilan ekonomi global hingga kemunculan fintech (Pinjol) beriskio membayangi target pertumbuhan pasar modal di tahun-tahun mendatang.
Ketidakstabilan ekonomi global hingga kemunculan fintech (Pinjol) beriskio membayangi target pertumbuhan pasar modal di tahun-tahun mendatang. Bisnis/Himawan L Nugraha
Ketidakstabilan ekonomi global hingga kemunculan fintech (Pinjol) beriskio membayangi target pertumbuhan pasar modal di tahun-tahun mendatang. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar modal Indonesia mencatatkan peningkatan kapitalisasi pasar dan aktivitas perdagangan dalam beberapa tahun terakhir. Kendati begitu, sejumah tantangan seperti ketidakstabilan ekonomi global hingga kemunculan fintech (Pinjol) beriskio membayangi target pertumbuhan pasar modal di tahun-tahun mendatang.

Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Samsul Hidayat mengatakan di tengah tantangan gobal pasar modal indonesia tetap menunjukan ketahanan dan pertumbuhan. Hal ini tercerrmin dari mengingkatnya kapitalisasi pasar Bursa hingga meningkatnya jumlah investor.

"Sejak diwajibkannya pembukaan SID tahun 2012 hingga per Agustus 2024 ini, jumlah investor pasar modal indonesia telah mencapai angka lebih dari 13,45 juta inevstor. Jumlah perusahaan tercatat juga telah mencapai 936 perusahaan," kata Samsul dalam acara 47-tahun diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia pada Senin (12/8/2024).

Selain itu, kata Samsul peningkatan perusahaan tercatat juga diikuti oleh peningkatan kapitalisasi pasar Bursa yang tercatat menjadi Rp12.302 triliun.

"Angka ini diharapkan dapat terus meningkat seiring pertumbuhan performace emiten, peningkatan jumlah investor dan juga penigkatan jumlah perusahaan tercatat," tambah Samsul.

Khusus pada tahun 2024, Samsul menambahan, rata-rata nilai transkasi harian bursa saat ini tercatat Rp11,8 triliun per hari, meningkat sebesar lebih dari 2000% sejak dua dekade terakhir yang tercatat hanya Rp514 triliun.

Samsul menyebut KSEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan terus brupaya meingkatakan kinerja pasar modal Indonesia seiring dengan ketahanan ekonomi Indonesia yang lebih baik dibanding negara- negara lain. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi di atas 5% sepanjang 2023 dan 5,05% pada tahun 2024 ini.

Selain itu, tambah Sasmsul beberapa proyek invetasi pemerintah juga akan memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, diantaranya pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), hiirisasi industri hingga pemilihan investasi pada sektor infrastruktur.

"Pilpres 2024 juga menjadi salah satu katalisator pertmbuhan, kepastian peresiden terpilih diharapkan menjadi sentimen positif bagi pasar, sejalan dengan proses transisi kebijakan perekonomian yang berjalan," kata Samsul.

Kendati begitu, sejumlah tantangan juga berisiko membayangi target pertumbuhan kinerja pasar modal Indonesia hingga 2027 mendatang. Seperti volatilitas ekonomi global, membuat ketidakstabilan mata uang dan harga komoditas yang dapat menurangi arus modal dan kepercayaan investor.

Perubahan kebijakan moneter dan fiskal global juga menjadi tantangan yang akan dihadapi. Di mana kebijakan suku bunga inetrnasional dan stimulis ekonomi juga dapat mengurangi daya tarik inevstasi di pasar modal Indonesia.

Kemajuan teknologi dan digitalisasi dengan hardirnya fintech (financial technology) dan flatform perdagangan gobal, kata Samsul juga bisa menjadi tantangan pasar modal Indonesia ke depan.

"Selain menjadi peluang juga dapat menajdi tantangan terkait dengan regulasi, keamanan pertumbuhan variasi produk finansial, tensi geopolotik dan ketegangan inetrnasioal juga menjadi tatangan tersendiri " pungkas Samsul.

Sebelumnya, dalam roadmap Pasar Modal 2023-2027, OJK menargetkan jumlah investor menembus 20 juta. Adapun, BEI memperkirakan jumlah investor mencapai 14,5 juta hingga 15 juta pada 2024. 

Hingga Juni 2024, KSEI mencatat jumlah investor yang mencapai 13,07 juta terdiri atas 13,03 juta investor ritel, korporasi 23.215, reksa dana 9.076, dana pensiun 1.673, lembaga keuangan 1.529, yayasan 1.100, asuransi 563, perusahaan sekuritas 492, dan lainnya 5.187 investor.

Lebih terperinci, jumlah investor C-BEST (saham) sebanyak 5,78 juta, S-Invest (reksa dana) 12,31 juta, dan surat berharga negara (SBN) 1,1 juta investor.

Secara demografi, investor individu di C-BEST berdasarkan pekerjaannya terdiri atas pengusaha dengan aset Rp449,53 triliun, pegawai negeri, swasta dan guru Rp402,95 triliun, ibu rumah tangga Rp66,24 triliun, pelajar Rp16,96 triliun, dan lainnya Rp418,41 triliun.

Sementara itu, profil pendidikan investor saham didominasi oleh lulusan S1 dengan total aset Rp601,83 triliun, SMA Rp144,18 triliun, S2 atau lebih Rp121,8 triliun, D3 Rp45,52 triliun, dan lainnya Rp40,55 triliun. 

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper