Bisnis.com, JAKARTA — Emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) tengah bergeliat menjalankan diversifikasi usaha.
Salah satunya pada pengembangan bisnis infrastruktur melalui anak usahanya PT Chandra Daya Investasi (CDI). Anak usahanya itu pun diproyeksikan untuk melantai di bursa.
Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Suryandi mengatakan arah diversifikasi bisnis Chandra Asri Group saat ini memang tertuju pada sektor infrastruktur yang digarap oleh PT Chandra Daya Investasi (CDI).
"Kami melihat bahwa lini bisnis ini [CDI] bagus," katanya setelah acara Bisnis Indonesia Forum (BIF) pada Jumat (9/8/2024).
Suryandi mengatakan sektor infrastruktur mampu mendukung pertumbuhan generik atau organik bisnis inti Chandra Asri, yakni industri petrokimia.
"Contoh misalnya dari listrik, pabrik mana yang enggak butuh listrik? Sekarang kan kami punya sendiri," jelasnya.
Baca Juga
Adapun, CDI menjalankan bisnis infrastruktur jetty, listrik, hingga air yang akan mendukung industri petrokimia. CDI tercatat mengelola salah satu dari dua Pembangkit Listrik Siklus Gabungan turbin gas di Indonesia.
Kemudian, CDI juga memiliki perusahaan patungan pembangkit listrik ramah lingkungan berkapasitas 200 MW dengan Posco International.
Selain itu, CDI memiliki jasa penyewaan tangki perantara serta pengelolaan dermaga terintegrasi yang berbasis di kawasan industri terkemuka di Jawa.
Ke depan, pengembangan bisnis CDI tidak hanya diperuntukan guna mendukung bisnis inti petrokimia.
"Kami kembangkan ke bisnis yang lain, misalnya solar panel," tutur Suryandi.
CDI pun kemudian ditujukan untuk menghasilkan keuntungan jangka panjang, stabil, dan berkelanjutan bagi pemegang saham melalui bisnis infrastrukturnya.
"Itu [CDI] akan menjadi satu lini bisnis sendiri yang dari segi flow of income lebih stabil," jelas Suryandi.
Seiring dengan perkembangan bisnis CDI, TPIA pun berharap anak usahanya itu bisa melantai di bursa atau mencatatkan penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO).
"Tentu saja dengan ini kami melihat peluang apa lagi yang bisa kami kembangkan dari perusahaan ini [CDI]. Misalnya, dalam pengembangan usaha, kami bisa juga mem-publikkan," tutur Suryandi.
Adapun, upaya diversifikasi sendiri dilakukan Chandra Asri seiring dengan kinerja bisnis petrokimia yang jeblok.
Mengacu laporan keuangan, TPIA mencatatkan pembengkakan rugi bersih 7.999,65% menjadi US$47,46 juta pada semester I/2024, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$568.000.
Suryandi mengatakan pembengkakan rugi perseroan dipengaruhi oleh margin produk petrokimia yang turun.
"Kalau bicara margin, artinya kan industri tersebut tergantung lagi supply and demand," katanya.
Turunnya margin produk TPIA juga dipengaruhi oleh besarnya impor produk petrokimia, terutama dari China. Alhasil, produksi TPIA tidak bisa penuh karena pasar sudah dijejali impor.
"Produk impor di pasar banyak. Harganya dumping, miring, dari China masuk," ujar Suryandi.
--------------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.