Bisnis.com, JAKARTA — Lima emiten yang terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu bergerak variatif di lantai bursa sepanjang tahun berjalan 2024. Pada semester II/2024, saham mana yang menarik untuk dilirik investor?
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, saham PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) menjadi saham afiliasi Prajogo Pangestu yang paling moncer. Secara year-to-date (YtD), saham TPIA melesat 84,29% ke level Rp9.675 pada penutupan perdagangan Selasa (6/8/2024).
Jalur hijau juga dilintasi oleh saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) dan PT Petrosea Tbk. (PTRO) yang menguat masing-masing 6,35% dan 42,38% YtD.
Berbanding terbalik, saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) justru melemah 23,56% YtD dan saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) melorot 432,27% pada periode yang sama.
Kinerja Saham Emiten Afiliasi Prajogo Pangestu
Kode Saham |
Harga Saham (Rp) |
Kinerja Saham 1 Bulan |
Kinerja Saham YtD |
BRPT |
1.015 |
-8,56% |
-23,56% |
BREN |
7.950 |
-20,1% |
6,35% |
TPIA |
9.675 |
5,16% |
84,29% |
CUAN |
7.750 |
-14,84% |
-42,27% |
PTRO |
7.475 |
-15,54% |
42,38% |
Sumber: Bloomberg.
Di sisi lain, kinerja keuangan emiten-emiten yang terafiliasi dengan Prajogo Pangestu juga bervariasi sepanjang 6 bulan pertama 2024. CUAN membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar US$29,57 juta. Laba ini naik 163,15% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$11,23 juta.
Sementara itu, laba bersih BREN naik tipis 0,53% secara tahunan menjadi US$57,95 juta pada semester I/2024 dari US$57,64 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan profitabilitas juga diraih oleh BRPT yang mengantongi laba bersih US$34,49 juta pada semester I/2024. Realisasi itu naik 13,59% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$30,36 juta.
Sementara itu, rugi TPIA membengkak menjadi US$47,46 juta pada paruh pertama tahun ini dari US$568.000 pada semester I/2023.
Dihubungi Bisnis, Head Customer Literation and Education dari Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan sentimen dari ketidakpastian ekonomi global dan normalisasi harga komoditas bakal berdampak pada pendapatan emiten Grup Barito itu.
“Tetapi secara analisa teknikal kami melihat CUAN memiliki potensi penguatan menuju resistance Rp9.100 dengan support pada level Rp7.000,” kata Oktavianus Audi, Selasa (6/8/2024).
Selain itu, kata Audi, apabila BREN brekout di level Rp8.475 maka potensi penguatan saham perusahaan itu bisa terkerek ke level 9.300 dengan support di level Rp7.500.
Audi mengatakan kenaikan pendapatan CUAN dari pertambangan sebesar 196% year-on-year (YoY) dan dari usaha engineering dan construction berhasil mencatatkan pendapatan sebesar US$92 juta.
“Selain itu dari geotermal, BREN mencatatkan penurunan pendapatan kontrak dari segmen operasional Salak sebesar -5,1% YoY dan Darajat -13,41% YoY mendorong pendapatan semester I/2024 turun 2,3% YoY menjadi $290 juta,” katanya.
Sementara itu, untuk induk BRPT tercatat pendapatan mengalami penurunan sebesar 15,6% secara tahunan yang disebabkan oleh anjloknya pendapatan dari petrokimia yang turun sebesar 19,3% secara tahunan.
“Hal ini disebabkan volatilitas di industri petrokimia global dan juga adanya pemeliharaan pada salah satu unit operasi panas bumi,” lanjutnya.
Dalam risetnya, analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan dan Jeremy Hansen mempertahankan pandangan netral untuk saham TPIA.
“Kami melihat TPIA memiliki posisi neraca keuangan yang kuat sehingga memungkinkan perusahaan untuk melanjutkan ekspansi. Kondisi itu membantu mempertahankan TPIA pada valuasi yang premium,” paparnya dalam riset, dikutip Selasa (6/8/2024).
Pada 2024, TPIA diestimasi mengantongi pendapatan US$1,93 miliar atau turun dari realisasi US$2,16 miliar pada 2023. Di sisi lain, EBITDA perusahaan diperkirakan mencapai US$110 juta.
Sucor Sekuritas juga memperkirakan TPIA masih membukukan rugi bersih dari posisi US$34 juta pada 2023 menjadi US$62 juta pada tahun ini.
“Kami memilih BRPT sebagai proxy yang lebih murah dibandingkan dengan TPIA,” imbuh Andreas dan Jeremy.