Bisnis.com, JAKARTA — PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) melaporkan progres terkini proyek smelter alumunium yang digarap PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI).
Investor Relations Adaro Minerals Indonesia Danuta Komar mengungkapkan aktivitas kontruksi smelter yang dikerjakan KAI masih terus berlanjut, dengan fokus untuk merampungkan peningkatan tanah, pemancangan hingga pekerjaan fondasi di area smelter.
"Sementara di area jetty, KAI berfokus untuk menyelesaikan pemancangan, pengerukan, dan struktur atas untuk fasilitas sandar," kata Danuta dalam rilis resmi, Senin (5/8/2024).
Selain itu, lanjut Danuta, pekerjaan fondasi dan struktur mess karyawan di area smelter juga telah menunjukan progres signifikan.
Pihaknya berkomitmen untuk merampungkan seluruh proyek tersebut secara tepat waktu demi mendukung komitmen perusahaan dalam mengupayakan pertumbuhan yang berkelanjutan dengan mengembangkan aktivitas hilirisasi pengolahan mineral.
Sebelumnya, Direktur Adaro Minerals Indonesia Wito Krisnahadi menargetkan proyek smelter aluminium yang memiliki kapasitas produksi tahap I sebesar 500.000 ton ingot (batangan aluminium) itu dapat beroperasi mulai kuartal III/2025.
Baca Juga
"Pembangunan smelter aluminium saat ini masih masif. Konstruksi sedang berjalan diharapkan COD bertahap pada kuartal III/2025 setengahnya [dari total kapasitas 500.000 ton]. Harapannya pada kuartal IV/2025 atau kuartal I/2026 mencapai full kapasitas produksi," paparnya di Jakarta, Rabu (20/3/2024).
Pengembangan smelter dilakukan seiring dengan proyek pembangkit listrik. Menurut Wito, smelter aluminium harus berjalan 24 jam penuh agar operasional efisien sehingga membutuhkan daya listrik yang besar.
Salah satu proyek terbesar yang sedang dijalankan Adaro ialah pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Mentarang Induk berkapasitas 1.375 MW. PLTA Mentarang Induk milik PT Kayan Hydropower Nusantara (KHN) merupakan PLTA terbesar di Indonesia. Perkiraan nilai investasi US$2,6 miliar atau sekitar Rp40,3 triliun (estimasi kurs Rp15.500 per dolar AS). Nantinya, PLTA akan memasok listrik 9 Terawatt jam (TWh) per tahun.
Dalam jangka panjang, smelter yang terletak di Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI), Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara), tersebut dapat menghasilkan aluminium 1 juta ton per tahun untuk pengembangan tahap II, dan 1,5 juta ton per tahun untuk pengembangan tahap III.
Wito meyakini pasar aluminium sangat besar karena dibutuhkan banyak industri seperti otomotif, konstruksi, kemasan, baterai, hingga alat pertahanan. Untuk kepastian penjualan, Grup Adaro telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan salah satu trader yang siap menyerap aluminium ADMR hingga 70% dari total produksi.
"Bahkan berapapun yang kami produksi [aluminium] akan mereka serap. Cuma kalau trader kan lebih fokus untuk ekspor. Kami tentunya punya visi bantu pemerintah kurangi impor aluminium sehingga perlu jual juga ke dalam negeri. Kalau bisa juga ke pelanggan akhir [tidak hanya trader]," jelasnya.
Terkait potensi pelanggan akhir (end customer) sudah ada perusahaan otomotif yang siap menjadi pembeli aluminium ADMR. Namun, hingga saat ini masih dalam tahap penjajakan.
Di samping menjalankan proyek smelter aluminium, Wito menyampaikan Grup Adaro tentunya mencari peluang mineral/ logam lainnya. Harapannya ekspansi tersebut mendorong pendapatan dan laba ADRO, sekaligus berkontribusi bagi pemerintah dan masyarakat setempat, serta stake holder lainnya.
"Ke depannya kami berusaha melihat peluang lain di mineral lain dalam rangka support hilirisasi yang digaungkan pemerintah. Kami mengkaji mineral-mineral lain yang bisa memberikan sumbangsih besar baik ke pendapatan maupun bottom line Adaro," imbuhnya.