Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Ekonomi AS Picu Panic Selling, IHSG dan Bursa Saham Asia Terjungkal

Berdasarkan data BEI hingga pukul 14.55 WIB, IHSG merosot 3,46% atau 252,58 poin menuju level 7.055,54. Pelemahan IHSG terseret oleh memerahnya bursa global.
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (2/5/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (2/5/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Performa indeks harga saham gabungan (IHSG) dan bursa saham Asia lainnya terjungkal pada perdagangan Senin (5/8/2024). Apa penyebabnya? 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga pukul 14.55 WIB, IHSG merosot 3,46% atau 252,58 poin menuju level 7.055,54 dengan nilai perdagangan tembus Rp11,11 triliun. Sebanyak 52 saham naik, 614 saham turun, dan 118 saham stagnan.

Penurunan IHSG sudah terjadi pada sesi pertama perdagangan dengan pelemahan 145 poin atau 1,99% ke level 7.162. Kondisi tersebut kemudian semakin parah hingga sesi dua perdagangan.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, mengatakan bahwa sentimen eksternal menekan pergerakan IHSG saat rilis data laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2024 tumbuh positif, meski melambat.

“Dari eksternal, bursa Asia mengalami koreksi dan dalam tekanan aksi jual. Hal ini seiring dengan sikap para pelaku pasar setelah rilisnya data ekonomi Amerika Serikat [AS],” ujar Nico dalam publikasi riset. 

Pada perdagangan hari ini, bursa Asia seperti indeks Nikkei mengalami koreksi 12,40%. Sementara itu, indeks Hang Seng melemah 1,68% dan indeks Strait Times turun 4,29%.

Dia menyampaikan bahwa pada akhir pekan lalu, data non-farm payrolls AS hanya meningkat 114.000 atau jauh di perkiraan yang sebesar 175.000. Adapun tingkat pengangguran naik menjadi 4,3% di atas ekspektasi yakni 4,1%. 

“Data tersebut mendorong pasar khawatir akan terjadinya pelemahan pertumbuhan ekonomi AS bahkan mungkin resesi, sehingga ini membuat para pelaku pasar cenderung berhati-hati tentang prospek ekonomi negara tersebut,” pungkasnya.

Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2024 melambat. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut hanya mencapai 5,05% year-on-year (YoY), lebih rendah dari kuartal I/2024 yang tumbuh 5,11%.  

Menurut Nico, meskipun pertumbuhan ekonomi kuartal II/2024 lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, Pilarmas Investindo memandang hal itu disebabkan oleh faktor musiman yang menopang aktivitas ekonomi.

“Oleh karena itu, kami menilai pertumbuhan ekonomi dalam negeri masih cukup positif di saat kondisi ketidakpastian global masih membayangi,” tuturnya.

Analis Capital.com Kyle Rodda seperti dilansir oleh Bloomberg menyampaikan anjloknya pasar saham Asia didorong oleh aksi panic selling

"Banyak pergerakan yang terjadi, tetapi yang utama ialah terjadi perlambatan ekonomi Amerika Serikat. Hal itu telah menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global," jelasnya. 

Selain itu, faktor pelemahan kurs yen Jepang juga menambah tekanan terhadap pasar ekuitas negeri Samurai. Sentimen tersebut turut mendorong investor melakukan aksi jual besar. 

 

---------------------------

 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper