Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas global pada perdagangan pekan depan periode 5-9 Agustus 2024 diprediksi meroket. Sejumlah katalis memengaruhi harga emas, salah satunya potensi penurunan suku bunga Bank Sentral AS The Fed.
Mengacu data Bloomberg, Sabtu (3/8/2024), harga emas di pasar spot ditutup melemah 0,12% ke level US$2.443,24 per troy ounce pada perdagangan Jumat (2/8/2024). Sepanjang pekan ini, harga emas mencatatkan penguatan sekitar 2,27%.
Selanjutnya, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 ditutup melemah 0,44% ke level US$2.469,80 per troy ounce dan mencatatkan penguatan sekitar 1,88% dalam sepekan.
Analis Komoditas Lukman Leong mengatakan harga emas diperkirakan berpotensi mencapai target baru akhir tahun di US$2.700, berkaca pada kondisi pasar saat ini.
Adapun, Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) masih menahan suku bunga di kisaran 5,25%-5,5% pada FOMC Juli 2024, namun mengisyaratkan pemangkasan suku bunga pada September 2024.
"Selain itu, eskalasi konflik di Timur Tengah dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global mempengaruhi harga emas. Harga emas future saat ini sudah melewati target awal US$2.500," ujar Lukman kepada Bisnis, dikutip Sabtu (3/8/2024).
Baca Juga
Lebih lanjut dia mengatakan, pada pekan depan investor masih akan terus memantau perkembangan konflik di Timur Tengah, serta data ekonomi, PMI service China dan AS.
Tak hanya itu, harga emas global juga dipengaruhi sentimen pertemuan Reserve Bank of Australia (RBA) pada 5 sampai 6 Agustus 2024, serta neraca perdagangan dan inflasi China.
"Pada pekan depan, harga emas global diperkirakan akan berkisar di rentang US$2.450 hingga US$2.525 per troy ounce," pungkas Lukman.
Mengutip Reuters, harga emas melemah pada Jumat (2/8) lantaran ada aksi ambil untung usai emas batangan melonjak lebih dari 1% di awal sesi. Hal ini terjadi di tengah harapan penurunan suku bunga yang didukung oleh data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah dari perkiraan.
Harga emas telah menguat 1,8% pada minggu ini, lantaran meningkatnya permintaan aset safe haven akibat ketegangan Timur Tengah dan ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) membuat logam tersebut lebih menarik bagi investor.