Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Sepekan: Emas Mengilap, Batu Bara Menguat, Minyak Mentah Loyo

Harga komoditas emas dan batu bara mencatatkan penguatan dalam sepekan terakhir, sedangkan minyak mentah melemah.
Emas batangan di stan Advantage Gold di National Harbor, Maryland, Amerika Serikat. Bloomberg/Al Drago
Emas batangan di stan Advantage Gold di National Harbor, Maryland, Amerika Serikat. Bloomberg/Al Drago

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas mencatatkan penguatan dalam sepekan di tengah ketegangan Timur Tengah dan ekspektasi pemangkasan suku bunga. Sementara itu, komoditas batu bara menguat dalam sepekan dan minyak mentah melemah. 

Berdasarkan data Bloomberg, Sabtu (3/8/2024), harga emas di pasar spot ditutup melemah 0,12% ke level US$2.443,24 per troy ounce pada perdagangan Jumat (2/8/2024). Sepanjang pekan ini, harga emas mencatatkan penguatan sekitar 2,27%.

Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 ditutup melemah 0,44% ke level US$2.469,80 per troy ounce dan mencatatkan penguatan sekitar 1,88% dalam sepekan. 

Mengutip Reutersharga emas melemah pada Jumat (2/8) lantaran ada aksi ambil untung usai emas batangan melonjak lebih dari 1% di awal sesi. Hal ini terjadi di tengah harapan penurunan suku bunga yang didukung oleh data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah dari perkiraan. 

Harga emas telah menguat 1,8% pada minggu ini, lantaran meningkatnya permintaan aset safe haven akibat ketegangan Timur Tengah dan ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) membuat logam tersebut lebih menarik bagi investor. 

"Pada level ini kami mengantisipasi adanya kemunduran dan aksi ambil untung, tetapi pada dasarnya ada lebih banyak potensi kenaikan daripada risiko penurunan," jelas kepala operasi di Allegiance Gold, Alex Ebkarian. 

Adapun emas batangan secara tradisional dianggap sebagai lindung nilai terhadap risiko geopolitik dan ekonomi. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang dalam memegang aset tersebut. 

Harga Batu Bara

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak September 2024 di ICE Newcastle menguat 1,36% ke level US$145,75 per metrik ton pada penutupan perdagangan Jumat (2/8). Dalam sepekan kontrak ini telah menguat 4,33%. Kemudian, batu bara kontrak Agustus 2024 juga menguat 1,09% ke US$144,10 per metrik ton, mencatatkan penguatan sebesar 3,48% dalam sepekan. 

Mengutip ETEnergyWorld, menurut Eight Core Industries (ICI) yang dirilis kementerian perdagangan dan industri India, sektor batu bara telah mencatatkan tingkat pertumbuhan tertinggi di antara delapan industri inti pada Juli 2024. 

Indeks industri batu bara telah mencapai 186,4 poin pada Juni 2024, naik dari 162,4 poin selama bulan yang sama pada tahun lalu, dengan pertumbuhan kumulatif sebesar 10,8% dari April hingga Juni pada tahun fiskal 2024-2025. 

Kenaikan ini kemudian menyoroti kontribusi signifikan sektor batu bara terhadap ekspansi industri, lantaran secara konsisten melampaui pertumbuhan industri sejenisnya selama dua tahun terakhir. 

Produksi batu bara sendiri telah melonjak menjadi 84,71 juta ton pada Juni 2024, naik 14,6% dari tahun sebelumnya. 

Harga Minyak Mentah

Menurut data Bloomberg pada penutupan Jumat (2/8/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2024 melemah 3,66% menjadi US$73,52 per barel. Dalam sepekan kontrak ini telah melemah sebesar 4,72%. 

Sementara itu, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober 2024 juga melemah 3,41% menjadi US$76,81 per barel. Dalam sepekan kontrak ini melemah sebesar 4,32%. 

Harga minyak telah menurun ke level terendah dalam hampir tujuh bulan karena kekhawatiran mengenai permintaan di dua ekonomi terbesar di dunia, menutupi meningkatnya risiko geopolitik. 

Harga minyak mentah Brent telah menurun 3,4% dan ditutup di bawah US$77 per barel, yakni harga penutupan terendah sejak awal Januari 2024.

Sentimen di pasar minyak juga memburuk karena karena indikator manufaktur di Amerika Serikat (AS) dan China sama-sama menunjukkan kontraksi minggu ini. Kerugian untuk kontrak berjangka semakin dalam setelah data nonfarm payroll AS tidak memenuhi harapan.

“[Jika pelemahan pasar berlanjut] anggota inti OPEC+ mungkin memutuskan untuk menunda penghentian pemotongan produksi selama seperempat tahun lagi — menunda penyelesaian masalah dengan harapan permintaan membaik," jelas kepala komoditas di Investec Plc, Callum Macpherson. 

Harga minyak mentah juga melonjak pada Rabu (31/7) setelah pembunuhan para pemimpin Hamas dan Hizbullah memicu ketegangan di Timur Tengah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper