Bisnis.com, JAKARTA — Emiten teknologi PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) masing-masing mencatatkan take rate yang bervariasi pada semester I/2024.
Sebagaimana diketahui, take rate merupakan biaya yang dikenakan oleh pasar atas transaksi yang dilakukan oleh penjual pihak ketiga atau penyedia layanan. Komponen itu menjadi salah satu pemasukan untuk perusahaan berbasis teknologi seperti GOTO dan BUKA.
BUKA tercatat membukukan overall take rate sebesar lebih dari 2,91% pada semester I/2024. Realisasi ini meningkat dari 2,57% di semester I/2023.
Secara terperinci, take rate di segmen O2O BUKA naik menjadi 2,94% pada semester I/2024 dari 2,79% secara tahunan. Selanjutnya, take rate BUKA di segmen marketplace tercatat naik menjadi 3,03% pada semester I/2024, lebih tinggi dari 2,71% pada semester I/2023.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bukalapak Teddy Nuryanto Oetomo mengatakan peningkatan take rate ini merupakan hal positif untuk periode jangka pendek bagi BUKA. Namun, sulit untuk mempertahankan take rate tersebut sepanjang sisa tahun ini.
"Kami mencatat adanya penurunan di kalangan konsumen mass market pada kuartal II/2024, tetapi bukti terus menunjukkan bahwa ini tetap merupakan model bisnis yang baik," ujarnya.
Baca Juga
Dia menuturkan BUKA terus berinvestasi kepada peluang pertumbuhan yang akan meningkatkan skala bisnis dan mendorong pendapatan serta margin di tahun-tahun mendatang.
Teddy menjelaskan, untuk meningkatkan take rate, BUKA akan menjalankan strategi specialty verticals. BUKA akan fokus kepada peningkatan sumber daya dan peningkatan efisiensi rantai pasokan.
Sementara itu, take rate GOTO pada semester I/2024 adalah sebesar 3,51%, naik 32 basis poin dibandingkan dengan semester I/2023. Meski demikian, GOTO belum memerinci bagaimana take rate yang didapatkan dari masing-masing segmen selama semester I/2024.
Chief Financial Officer GoTo Gojek Tokopedia Jacky Lo dalam earning calls menjelaskan, di tingkat Grup, GOTO mencetak GTV Rp121,5 triliun atau US$7,4 miliar, naik 26% dari tahun ke tahun.
Sementara itu, GTV inti GOTO tumbuh lebih cepat yaitu 54% YoY menjadi Rp63,2 triliun. Pendapatan bruto GOTO juga meningkat 39% secara tahunan menjadi Rp4,3 triliun atau US$260 juta.
"Kami tetap sangat berkomitmen terhadap manajemen biaya yang disiplin," ujarnya.
Dia menjelaskan, biaya tetap berulang GOTO adalah Rp1,3 triliun, atau US$78 juta, turun 5% dari tahun ke tahun. GOTO juga mengurangi biaya tunai berulang yang sebesar 44% dari tahun ke tahun menjadi Rp201 miliar, atau US$12 juta.
Group Adjusted EBITDA GOTO adalah -Rp48 miliar atau -US$2,9 juta, karena GOTO mengurangi kerugian sebesar 95% secara tahunan dan 53% secara kuartalan. Perbaikan dalam Adjusted EBITDA ini dicapai sementara GOTO terus meningkatkan pendapatan dan berinvestasi dalam pertumbuhan on-demand services (ODS) dan fintech selama periode tersebut.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.