Bisnis.com, JAKARTA — Ramalan prospek harga saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam yang tengah melaju kencang sepekan terakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham ANTM parkir di Rp1.345 pada akhir sesi Kamis (1/8/2024). Posisi itu mencerminkan kenaikan 5,08% dalam 5 hari terakhir.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo menjelaskan laba bersih ANTM di paruh pertama ini, khususnya kuartal II/2024, ditopang oleh keuntungan selisih kurs dan perbaikan segmen nikel.
“Secara kumulatif, laba bersih semester I/2024 turun 18,0% menjadi Rp1,55 triliun, tetapi melebihi ekspektasi kami sepanjang 2024 yaitu 55,8% dan konsensus sebesar 62,4%,” ujarnya dalam riset yang dikutip Jumat (2/8/2024).
Sejalan dengan laba, pendapatan ANTM kali ini juga didorong oleh kinerja segmen emas yang kuat dan perbaikan segmen nikel.
Kendati demikian, terdapat beberapa risiko yang harus diperhatikan terutama volatilitas harga nikel, pelonggaran pembatasan ekspor bijih nikel oleh pemerintah, penundaan proyek hilirisasi baterai EV, serta gangguan operasional.
Baca Juga
Adapun, Ciptadana Sekuritas merekomendasikan hold saham ANTM dengan target harga Rp1.400 per saham.
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya mengungkapkan saat ini harga nikel terpantau masih berada dalam posisi downtrend. Kondisi ini secara umum akan mempengaruhi kinerja emiten-emiten komoditas nikel.
“Besar kemungkinan pengaruhnya negatif ke emiten nikel seperti ANTM, karena ASP turun dan penjualannya turun,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (29/7/2024).
Di sisi lain, untuk harga emas global sendiri yang juga akan mempengaruhi harga ANTM masih dipengaruhi oleh sejumlah sentimen seperti Pemilu AS dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada September mendatang.
“Itu juga sedikit banyak mempengaruhi harga emas namun tidak sebesar dengan adanya ketegangan geopolitik,” lanjutnya.
Sejalan dengan proyeksi tersebut, Herditya juga menyebutkan saham ANTM berada dalam fase downtrend. Support ANTM berada di level Rp1.230 per saham dengan resistance di posisi Rp1.350 per saham.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.