Bisnis.com, JAKARTA — Pasar saham dan obligasi mendapatkan angin segar setelah Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) memberikan sinyal pemangkasan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Sebagaimana diketahui, The Fed masih mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25%-5,5% pada pertemuan FOMC Rabu (31/7/2024) waktu setempat, namun membuka peluang untuk menurunkan biaya pinjaman segera setelah pertemuan berikutnya pada September 2024.
Sinyal penurunan suku bunga atau Fed Fund Rate (FFR) pada September 2024 mempertimbangkan inflasi terus berlanjut sesuai dengan target 2% yang ditetapkan oleh bank sentral AS tersebut.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho mengatakan, ditahannya suku bunga oleh The Fed sudah sesuai dengan perkiraan pasar. Namun, kode dari Ketua The Fed Jerome Powell yang memberi sinyal akan adanya pemangkasan suku bunga pada September 2024 memberi angin segar bagi pasar finansial global.
"Dari global, bulan ini masih akan menantikan data inflasi, lalu juga rangkaian rilis laporan keuangan kuartal II/2024 yang masih berlangsung," ujar Adityo kepada Bisnis, pada Kamis (1/8/2024).
Sementara itu dari sentimen dalam negeri, pasar juga akan menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI), serta pandangan Gubernur BI Perry Warjiyo terkait arah kebijakan BI ke depannya, dan juga hasil laporan keuangan emiten yang masih dinantikan.
Baca Juga
"Analisis teknikal Mirae Asset Sekuritas memberi target IHSG untuk bulan Agustus di level 7.379," pungkasnya.
Sementara itu di pasar obligasi, Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan pasar obligasi domestik masih akan bullish pada Agustus karena efek euforia sinyal pemangkasan suku bunga The Fed.
"Tapi posisi yield obligasi FR100 sudah terlalu dekat dengan batas bawah teknikal sehingga ada kemungkinan terjadi koreksi bulan ini, mungkin dalam 1 sampai 2 minggu ke depan," ujar Lionel kepada Bisnis.
Adapun, DJPPR Kemenkeu akan segera merilis Surat Berharga Negara (SBN) ritel Sukuk Ritel seri SR021 yang estimasinya pada Agustus 2024. Lionel juga memprediksi SR021 akan laris diburu oleh investor, sejalan dengan potensi kupon yang menarik.
"Perkiraan saya penjualan SR021 di angka Rp19 triliun hingga Rp23 triliun, kuponnya mungkin di kisaran 6,3% sampai 6,6%," jelasnya.
Sebagai perbandingan, sukuk ritel seri sebelumnya yakni SR020 yang dirilis pada Maret 2024 sebesar 6,3% untuk tenor 3 tahun, dan 6,4% untuk tenor 5 tahun. Pada saat itu, suku bunga Bank Indonesia (BI) masih berada di level 6%, sedangkan saat ini BI telah mengerek suku bunga ke level 6,25%.
Menurutnya, antusiasme investor ritel terhadap penerbitan SR021 mendatang kemungkinan berasal dari kalangan high net worth dan menengah atas yang masih mempunyai cukup tabungan.
"Sementara itu, kalangan kelas menengah dan menengah ke bawah agak terpukul purchasing powernya, jadi permintaan dari kategori ini berpotensi lebih rendah dari sebelumnya," pungkas Lionel.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.