Bisnis.com, JAKARTA - Emiten omnichannel, PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) atau Blibli berhasil mencatatkan efisiensi signifikan sepanjang semester I/2024. Emiten lokapasar ini membuat aktivitas operasionalnya lebih efektif.
BELI mencatat struktur biaya terus membaik, tecermin dari lebih rendahnya persentase beban operasional konsolidasi terhadap TPV dari 7,9% pada 1H23 menjadi 7,5% pada 1H24, menghasilkan peningkatan kinerja persentase EBITDA konsolidasi terhadap TPV sebesar 140 basis poin secara tahunan (year-on-year/YoY), dari -4,3% pada semester I/2023 menjadi -2,9% pada semester I/2024.
Emiten Grup Djarum ini berhasil melakukan efisiensi, terlihat dari beban pokok pendapatan yang berkurang 4,22% menjadi Rp6,3 triliun YoY. Perbaikan tak berhenti di sana, beban penjualan juga berhasil ditekan 15,75% YoY menjadi Rp909,7 miliar. Tak pelak, rugi usaha juga berhasil berkurang sebesar Rp553 miliar menjadi Rp1,15 miliar. Adapun, rugi bersihnya turun 31,38% menjadi Rp1,18 triliun.
Margin bruto konsolidasi juga terus meningkat dari 15,3% pada periode 6 bulan 2023 menjadi 19,7% pada periode yang sama 2024, meningkat sebesar 440 bps YoY, terutama berasal dari kontribusi peningkatan margin bruto pada hampir seluruh segmen usaha.
CFO Blibli Ronald Winardi menegaskan sejumlah strateginya berhasil menopang kinerja hingga berhasil mendapatkan efisiensi yang signifikan.
“Strategi pertumbuhan omnichannel yang selektif, upaya yang ketat untuk meningkatkan laba bruto, dan pengendalian biaya yang disiplin telah efektif dalam meningkatkan kinerja kerugian EBITDA konsolidasi kami sebesar 38% YoY pada kuartal II/2024,” paparnya, dalam keterangan tertulis, Rabu (31/7).
Dari sisi kinerja, pendapatan bersih BELI tercatat tumbuh 1% YoY menjadi Rp7,85 triliun per semester I/2024. Pendapatan tersebut ditopang dari pertumbuhan lini institusi yang naik 116% menjadi Rp2,64 triliun. Selain itu, pendapatan bersih dari toko fisik juga meningkat 27% menjadi Rp2,6 triliun. Pendapatan sektor lainnya, dari ritel 3P (kinerja Tiket.com) dan ritel 1P (lokapasar Blibli) masing-masing sebesar Rp636 miliar dan Rp1,96 triliun.
Adapun, total processing value (TPV) BELI tercatat Rp36,32 triliun, dengan kontribusi terbesar berasal dari ritel 3P yang sebesar Rp25,68 triliun. Selanjutnya, berturut-turut kontribusi dari TPV institusi, toko fisik, dan ritel 1P yakni Rp5,31 triliun, Rp3 triliun, dan 2,32 triliun.
BELI mencatat kinerja take rate juga terus meningkat dari 4,8% pada paruh pertama 2023 menjadi 6,5% pada paruh kedua 2024, menghasilkan pertumbuhan sebesar 33% YoY laba kotor sebesar sebelum diskon (Gross Profit Before Discount/GPBD).
CEO & Co-Founder Blibli Kusumo Martanto menerangkan BELI memulai tahun ini dengan melewati periode tantangan ekonomi dan variabilitas permintaan sebelum Pemilu yang cenderung wait and see. BELI kemudian menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan margin sepanjang paruh pertama tahun ini yang sesuai dengan fokus ke arah profitabilitas.
"Kinerja yang teguh ini menggarisbawahi kekuatan model usaha kami dan landasan kokoh yang telah kami bangun untuk kesuksesan yang berkelanjutan. Fokus tiada henti kami terhadap kepuasan pelanggan terus menjadi landasan strategi kami, mendorong inovasi dan sinergi di seluruh ekosistem omnichannel kami," jelasnya.
Adapun, GPDB segmen institusi mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 292% YoY menjadi Rp235 miliar pada kuartal II/2024, dan sebesar 363% YoY menjadi Rp390 miliar pada semester I/2024. Sepanjang periode tersebut, segmen ini juga berhasil meningkatkan kualitas klien institusionalnya, tercermin dari belanja per klien institusi yang lebih tinggi sebesar 46% YoY menjadi Rp53,8 juta per klien pada paruh pertama 2024.
Menurut Kusumo, strategi omnichannel terbukti mempercepat langkah BELI menuju profitabilitas. Strategi ini didukung perluasan toko fisik elektronik konsumen, bermitra dengan produsen elektronik terkemuka dunia. Selain itu, BELI juga memiliki jaringan supermarket premium Ranch Maret serta baru saja mengakuisisi jaringan toko furnitur Dekoruma.
GPBD segmen ini bertumbuh pesat sebesar 23% YoY menjadi Rp286 miliar pada kuartal II/2024, dan tumbuh 27% YoY menjadi Rp569 miliar pada semester I/2024. Peningkatan kinerja GPBD terutama dari pertumbuhan volume penjualan smartphone dan aksesoris IoT lainnya.
BELI menambah 13 toko elektronik konsumen sepanjang kuartal kedua tahun 2024 dan telah mengoperasikan sebanyak 185 toko elektronik konsumen, yang terdiri dari 98 toko merek-tunggal (termasuk 72 toko Samsung dan 15 toko hello, serta toko-toko dari pemegang merek global terkemuka lainnya), dan 87 toko multi-merek (termasuk 60 toko Blibli Store dan 27 toko Tukar Tambah).
Selain itu, BELI mengelola 62 gerai supermarket premium secara nasional yang dioperasikan oleh Ranch Market serta 30 gerai home and living experience centers yang dioperasikan oleh Dekoruma, memperluas titik kontak omnichannel konsumen secara nasional.
"Akuisisi strategis kami atas Dekoruma menandai langkah maju yang penting dalam memperluas portofolio omnichannel kami ke dalam kategori produk home and living. Inisiatif-inisiatif ini dirancang untuk menciptakan pengalaman omnichannel yang lancar dan berkelanjutan bagi pelanggan kami," tuturnya.
Ke depan, BELI siap terus berinovasi dan memanfaatkan potensi sinergi dalam ekosistemnya. Selain itu, Perseroan akan terus menjalankan strategi omnichannel, yang mencakup perluasan titik kontak konsumen melalui kemitraan dengan pemegang merek global terkemuka.
Sementara itu, Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus menerangkan prospek saham lokapasar termasuk BELI terus meningkat seiring dengan perbaikan kinerja dan seberapa cepat perseroan bisa mencatatkan laba bersih seiring dengan efisiensi yang dilakukan.
"Investor pada masa sekarang fokus ke bottomline dan profitabilitas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya saat fase ekspansi dan mementingkan pertumbuhan pangsa pasar ditandai dengan beban pemasaran yang tinggi," urainya.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama, menilai kendati masih mencatatkan rugi bersih, tetapi kinerja BELI terus membaik. Dengan demikian, upaya menuju profitabilitas ini masih ada.
"Memang untuk mencapai tingkat profitabilitas harus perlu proses, perlu waktu, paling tidak prospeknya berkaitan dengan konsumsi domestik didukung potensi kebijakan pelonggaran moneter oleh bank sentral khususnya BI pada kuartal IV/2024," tambahnya.
Analis Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda menjelaskan prospek saham seperti BELI secara umum cukup menarik, terutama dengan adanya perbaikan kinerja yang ditunjukkan oleh emiten. Namun, para investor perlu tetap waspada terhadap berbagai tantangan yang mungkin dihadapi emiten.
"Faktor yang diperkirakan menjadi tantangannya yaitu persaingan yang berat karena untuk BELI memiliki saingan yang berat sehingga perlu waspada dalam mengelola kinerja keuangan dan strategi yang diambil," urainya.
Dia merekomendasikan investor untuk wait and see terlebih dahulu. Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan saham BELI wait and see dengan support Rp450 dan resistance Rp454.