Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (30/7): Emas Variatif saat Permintaan China Turun, Batu Bara Menguat

Harga emas bervariatif pada perdagangan Selasa (30/7/2024). Harga batu bara ditutup menguat dan CPO melemah.
Antam meluncurkan emas batangan tematik seri Imlek tahun 2024 Masehi/2575 Kongzili dengan desain tiga dimensi (3D) shio naga.
Antam meluncurkan emas batangan tematik seri Imlek tahun 2024 Masehi/2575 Kongzili dengan desain tiga dimensi (3D) shio naga.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas bervariatif di kala kabar permintaan emas dari China telah melesu. Sementara itu, harga batu bara ditutup menguat dan CPO melemah.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (30/7/2024) harga emas di pasar spot melemah 0,09% ke level US$2.382 per troy ounce pada pukul 06.48 WIB. 

Kemudian, harga emas Comex kontrak Desember 2024 menguat 0,08% ke level US$2.427,40 per troy ounce pada pukul 06.36 WIB.

Permintaan emas China telah anjlok karena harga logam mulia mencapai rekor tertinggi. Penjualan di toko perhiasan Negeri Tirai Bambu juga melesu karena para pembeli menunda pembelian. 

Menurut laporan triwulanan Dewan Emas China, permintaan emas batangan secara total telah menurun hampir 6% dari semester I/2023 menjadi 524 ton. 

Kemudian, jika berdasarkan perhitungan Bloomberg, data ini menunjukkan penurunan drastis sebesar 52% dalam pembelian perhiasan pada triwulan kedua. 

Peristiwa ini menjadi perubahan tajam dari kuartal I/2024 ketika pembelian oleh bank sentral China (PBOC) dan konsumen di negeri tersebut membantu mendorong emas ke harga tertinggi secara berturut-turut. 

Harga Batu Bara 

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak September 2024 di ICE Newcastle menguat 0,39% ke level 140,25 per metrik ton pada penutupan perdagangan Senin (29/7). Kemudian, kontrak Agustus 2024 juga menguat 0,61% ke level US$140,10 per metrik ton.

Mengutip ETEnergyWorld, berdasarkan studi terbaru oleh Ember, perusahaan pertambangan batu bara Indonesia secara signifikan mengabaikan emisi metana, dengan perkiraan yang menunjukkan lebih dari 8 juta ton emisi setara CO2 tidak dilaporkan. 

Berdasarkan laporan tersebut, hanya empat perusahaan besar di Tanah Air yang melaporkan emisi metana mereka, yang meliputi Indo Tambangraya Megah, Bukit Asam, Golden Energy Mines, dan Indika Energy.

Adapun hal ini terjadi kala pemerintah menyetujui peningkatan produksi batu bara untuk 2024 menjadi 922 juta ton, naik sebesar 710 juta ton. Hal ini menambah kompleksitas tantangan keberlanjutan yang dihadapi oleh industri ini. 

Temuan tersebut juga menyerukan revisi strategis dalam cara pelaporan dan pengelolaan emisi metana, yang sejalan dengan standar lingkungan nasional dan internasional. Hal ini untuk mencerminkan dampak sebenarnya dari industri baru bara terhadap pemanasan global. 

Harga CPO 

Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Senin (29/7) kontrak Oktober 2024 ditutup melemah 33 poin ke 3.909 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Kemudian, kontrak Agustus 2024 juga melemah 24 poin ke level 4.020 ringgit per ton.

Mengutip Bernama, pedagang menuturkan bahwa kontrak berjangka CPO berakhir lebih rendah pada Senin (29/7) karena harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) melemah. 

Pedagang minyak sawit David Ng juga menuturkan bahwa turunnya harga minyak sawit olein Dalian juga mempengaruhi sentimen pasar. 

"Kekhawatiran atas peningkatan produksi juga menekan harga. Kami melihat support pada RM3.850 per ton dan resistance pada RM4.000 per ton," pungkasnya. 

Analis senior Fastmarkets, Sathia Varqa, juga mengatakan CPO tidak memiliki arah yang jelas karena meningkatnya produksi dan melonjaknya ekspor. Penguatan ringgit juga semakin menekan harga CPO. 

Departemen Statistik Malaysia (DoSM) mengatakan bahwa harga bulanan rata-rata CPO sekitar RM3.960 per ton pada Juni 2024, naik dari RM3.900 per ton pada bulan sebelumnya.

Kepala statistik DoSM Datuk Seri Dr Mohd Uzir Mahidin mengatakan kenaikan harga CPO disebabkan oleh terbatasnya pasokan dari Malaysia dan Indonesia menjelang akhir tahun 2024 dan peningkatan ekspor minyak sawit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper