Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengenal Decentralized Finance (DeFi) dalam Kripto, Apa Bedanya dengan Lembaga Keuangan Biasa?

Decentralized finance (DeFi) merupakan layanan keuangan berbasis blockchain yang beroperasi tanpa otoritas terpusat.
Warga beraktivitas di dekat logo mata uang kripto di Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Warga beraktivitas di dekat logo mata uang kripto di Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Potensi besar pasar keuangan terdesentralisasi alias decentralized finance (DeFi) dalam ekosistem blockchain menjadi bukti bahwa berinvestasi dalam lanskap kripto itu bukan sekadar memperjualbelikan aset digital.

Lembaga Edukasi Kripto Pintu Academy menjelaskan, pada prinsipnya DeFi merupakan layanan keuangan berbasis blockchain yang beroperasi tanpa otoritas terpusat seperti bank atau lembaga keuangan pada umumnya. Layanan tersebut, antara lain akses pinjam-meminjam koin, penyedia nilai tukar, tokenisasi, sampai asuransi.

Berdasarkan analisis Emergen Research, pasar DeFi global pun berpotensi menembus US$601 miliar pada 2032, sebab setiap tahunnya memiliki rata-rata pertumbuhan (CAGR) 46,1% year-on-year (yoy) sejak 2019.

"DeFi umumnya dijalankan di jaringan blockchain seperti Ethereum dan Binance Smart Chain. Namun, beberapa tahun belakangan para developer Bitcoin juga mulai membuat DeFi di dalam jaringan Bitcoin," jelas Tim Pintu Academy dalam keterangannya, Sabtu (13/7/2024).

Pada prinsipnya, jaringan blockchain kripto menjamin desentralisasi karena semua pencatatan transaksinya tidak dilakukan oleh entitas terpusat, melainkan dilakukan oleh ratusan sampai ribuan orang yang disebut sebagai 'penambang kripto'.

Lantas, seiring ramainya transaksi dan kepentingan bisnis yang semakin beragam, permintaan layanan keuangan terkhusus jaringan blockchain tertentu pun bermunculan. 

Alhasil, platform DeFi lahir dengan upaya menjembatani akses tersebut, dengan tetap memanfaatkan komunitas terdesentralisasi dari blockchain terkait. 

Sebagai contoh, salah satu platform DeFi pinjam-meminjam berbasis jaringan Ethereum bernama Compound, pada prinsipnya hanya berperan sebagai wadah mempertemukan peminjam dengan pemilik aset kripto yang disebut investor, membantu membuatkan kontraknya, sampai akhirnya dicatat oleh jaringan.

Kurang lebih konsepnya mirip seperti praktik perbankan tradisional, tapi dikelola secara bersama-sama dan sukarela oleh komunitas. Awalnya, investor selaku penyedia likuiditas melakukan aktivitas yang disebut yield farming di dalam Compound, dan diharuskan mengunci aset tersebut ke dalam kolam likuiditas (liquidity pool). 

Kumpulan dana itulah yang nantinya akan ditawarkan kepada para peminjam yang mengakses platform Compound. Nantinya, setelah peminjam mengembalikan pinjamannya, investor yang melakukan yield farming itu akan mendapat imbalan bunga aset kripto yang disimpan di kolam likuiditas, serta mendapatkan token COMP yang bisa diperdagangkan.

Contoh lain, misalnya platform DeFi penyedia likuiditas tukar di bursa desentralisasi (DEX), seperti Uniswap atau PancakeSwap. Investor yang terlibat bisa mendapatkan sebagian fee atas aktivitas transaksi di platform terkait, serta mendapatkan imbalan token UNI atau CAKE setelah transaksi sukses.

Adapun, contoh DeFi yang terkait jaringan Bitcoin dan dijalankan melalui sidechain, antara lain Rootstock (RSK), sidechain yang memungkinkan eksekusi smart contract dengan Bitcoin sebagai asetnya. RBTC, token asli RSK, dipatok 1:1 dengan Bitcoin.

Sementara itu, Stacks adalah Blockchain layer-1 yang menggunakan protokol proof-of-transfer (PoX). Token STX, jaringan kripto asli Stacks, memungkinkan smart contract untuk Bitcoin dan memberi imbalan kepada penambang.

"DeFi di Bitcoin prinsipnya sama seperti di jaringan Ethereum, yaitu memungkinkan pengguna untuk menghasilkan imbalan dari keterlibatannya dalam penyediaan layanan keuangan. Tapi memang pembangunan DeFi di Bitcoin tidak semudah di Ethereum karena adanya batasan keamanan yang ketat," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper