Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat ke level 7.327,58 pada perdagangan akhir pekan, Jumat (12/7/2024). Di tengah penguatan ini, saham BUMN kompak menguat mulai dari saham TLKM hingga WIKA.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mencatatkan kenaikan sebesar 0,37 atau 27,17 poin menuju posisi 7.327,58. Pada awal perdagangan, indeks komposit dibuka pada level 7.300 dan sempat mencapai level tertingginya yakni 7.354,16.
Tercatat, sebanyak 329 saham menguat, 230 saham menurun, dan 239 saham bergerak di tempat. Adapun kapitalisasi pasar atau market cap berada pada level Rp12.511,82 triliun.
Dari jajaran saham berkapitalisasi pasar jumbo, terpantau saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menguat sebesar 3,18% menuju level Rp5.025 per lembar.
Posisi tersebut disusul oleh saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang naik 1,26% menuju level Rp3.220. Adapun saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) meningkat 1,24% ke posisi Rp4.900 per lembar.
Di sisi lain, saham PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) mengalami koreksi sebesar 1,61% menuju Rp18.350. Penurunan itu diikuti saham PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) yang ditutup melemah sebesar 1,04% menjadi Rp9.500 per saham.
Baca Juga
Adapun top gainers dihuni saham PT Bekasi Asri Pemula Tbk. (BAPA) yang naik 16% ke level Rp58 per lembar. Posisi ini diikuti oleh saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) yang membukukan peningkatan 15,69% ke level Rp236.
Selanjutnya, penghuni saham paling boncos atau top losers adalah PT Indo American Seafoods Tbk. (ISEA) yang merosot 24,79% ke level Rp352. Sementara itu, saham PT Sumber Sinergi Makmur Tbk. (IOTF) turun 10,11% menuju Rp80 per saham.
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, sebelumnya memperkirakan indeks komposit akan bergerak mixed pada rentang 7.250—7.350. Adapun pergerakan ini dipengaruhi oleh beberapa sentimen, baik dalam dan luar negeri.
Dari dalam negeri, Ratih mengatakan IHSG mengalami apresiasi menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS). Pergerakan indeks juga sejalan dengan menguatnya Bursa Asia.
"Indeks dollar [DXY] terkoreksi sehingga memberikan sentimen positif bagi menguatnya mata uang di berbagai negara termasuk Indonesia. Apresiasi nilai tukar rupiah sejalan dengan inflow Investor asing di seluruh pasar ekuitas senilai Rp602,53 miliar [10/7]," tuturnya.
Di sisi lain, pemerintah berupaya membatasi pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang rencananya akan diumumkan pada 17 Agustus 2024. Tujuannya untuk penyaluran yang lebih tepat sasaran sehingga mengurangi anggaran subsidi. Aturan tersebut nantinya akan merevisi Peraturan Presiden (Perpres) No.191 tahun 2014.
Dari mancanegara, Wall Street bergerak bervariasi tetapi Indeks Nasdaq terkoreksi cukup dalam. Penurunan tersebut akibat dari aksi profit taking saham Nvidia yang turun hingga 5,5%. Di sisi lain, AS melaporkan data inflasi yang lebih landai pada Juni 2024.
Tingkat inflasi tahunan AS pada Juni 2024 turun ke level 3% dari posisi bulan sebelumnya sebesar 3,3%, sekaligus berada di bawah ekspektasi konsensus 3,1%. Sinyal turunya inflasi telah tercermin dari data tenaga kerja yang rilis di akhir pekan lalu.
Dari Asia, Bank Sentral Korea (BOK) menahan suku bunga tetap di level 3,5% untuk ke-12 kalinya secara beruntun pada pertemuan Juli 2024. Keputusan ini bertujuan memperlambat laju inflasi dan mempertimbangkan volatilitas pasar valuta asing di era suku bunga tinggi.
***
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.