Bisnis.com, JAKARTA – Manajemen PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) merespons langkah Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berencana meminta penjelasan atas kenaikan harga saham yang signifikan dalam beberapa hari perdagangan.
Berdasarkan data RTI, saham emiten BUMN Karya tersebut kini berada pada level Rp190 per lembar. Harga tersebut mencerminkan kenaikan sebesar 79,25% selama sepekan dan meningkat hingga 71,17% dalam kurun satu bulan terakhir
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya menyatakan bahwa kenaikan harga saham perseroan sepenuhnya terjadi karena dinamika pasar. Menurutnya, fokus WIKA saat ini tetap bertumpu pada penyehatan keuangan hingga transformasi.
“Kami fokus di situ saja, kalau terkait dengan siapa yang berinvestasi di saham WIKA dan sebagainya itu semua mekanisme pasar,” ujar Mahendra saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (9/7/2024) malam.
Meski demikian, dia mengakui pihaknya sempat mengajak analis dan investor untuk mengunjungi sejumlah proyek garapan WIKA. Kunjungan yang dilakukan pada awal Juni 2024 itu, untuk melihat langsung progres pengerjaan proyek perseroan.
“Supaya melihat bahwa aktivitas WIKA itu riil. Kemarin kami ajak ke IKN, kemudian ke Rumah Persahabatan, lalu kami ajak ke kantor untuk melihat bagaimana WIKA menerapkan penguatan digitalisasi dan tata kelola, manajemen risiko dan sebagainya,” tutur Mahendra.
Baca Juga
Mahendra kembali menegaskan bahwa hal terpenting saat ini adalah WIKA mampu memperkuat fundamental dan tata kelola perusahaan guna memastikan keberlangsungan bisnis serta pertumbuhan yang berkelanjutan ke depan.
Sementara itu, Direktur Pengawasan Transaksi & Kepatuhan BEI Kristian Manullang menyebutkan Bursa akan meminta keterbukaan kepada WIKA terkait dengan perilaku tidak biasa atau pergerakan anomali dari harga sahamnya.
“Pastinya demikian [meminta penjelasan] kalau memang perilaku tidak biasa. [Suspensi] kami lihat ke depan. Tidak sembarang suspensi, kemarin kan baru fundamental, secara objektif kita lihat perilaku transaksi, semua kita pantau,” kata Kristian, Senin (8/7/2024).
Secara kinerja, WIKA telah meraih kontrak baru sebesar Rp8,86 triliun hingga Mei 2024. Jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp10,48 triliun, jumlah tersebut menurun sekitar 15,46%.
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan perolehan kontrak baru Mei 2024 termasuk proyek Muara Wahau Road Diversion, Water Treatment Plant Batam, dan sejumlah kontrak baru lainnya baik dari induk maupun anak usaha.
“Kontribusi terbesar pada kontrak baru berasal dari segmen industri, disusul oleh segmen infrastruktur dan gedung, dilanjutkan oleh segmen properti, dan EPCC,” ujarnya.
Agung menambahkan bahwa sebagian besar proyek WIKA berasal dari pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan skema pembayaran progres bulanan.
Di sisi lain, perolehan kontrak baru Mei 2024 membuat posisi kontrak di tangan atau order book perseroan naik menjadi Rp52,31 triliun. Dari jumlah ini, sebesar 97% memiliki pola pembayaran termin bulanan atau sesuai dengan stream penyehatan WIKA.
“Implementasi ini membuahkan hasil dengan diterimanya arus kas masuk yang berasal dari aktivitas operasi sebesar Rp7,66 triliun sampai dengan bulan Mei 2024,” tutur Agung.
---------------------------
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.