Bisnis.com, JAKARTA - Pasar saham yang tidak transparan serta banyaknya influencer yang mempromosikan keuntungan di pasar kripto disebut menjadi faktor beralihnya investor saham ke instrumen lain.
Pengamat Pasar Modal sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan regulator membuat perdagangan saham semakin dibuat tidak transparan. Kondisi ini membuat investor semakin sulit mendapatkan keuntungan, terlebih saat pasar bearish.
“Perdagangan saham tidak transparan membuat investor semakin sulit untuk mendapatkan keuntungan apalagi di kala pasar bearish. Sementara itu, banyak influencer yang memprovokasi mudahnya mendapatkan keuntungan di kripto. Inilah dua faktor utama itu,” kata Budi kepada Bisnis, Selasa (2/7/2024).
Lebih lanjut, Budi menyebutkan potensi perpindahan investor ke instrumen investasi lainnya masih akan berlanjut jika IHSG bergerak di rentang 7.100 atau turun ke bawah 7.000.
Adapun menurut Budi, instrumen lain yang menarik adalah obligasi. Menurutnya obligasi akan mampu memberikan capital gain jika suku bunga turun dalam jangka 1-2 semester lagi. Sementara itu, untuk instrumen safe haven seperti emas sangat berisiko saat ini karena harganya sudah tinggi.
“Kalau kripto, murni spekulasi sehingga tidak ada yang mampu memprediksi bagaimana prospeknya hingga akhir tahun,” kata dia.
Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Mei 2024 menunjukkan bahwa total jumlah investor pasar modal sebanyak 12,93 juta investor. Secara terperinci, investor saham sebanyak 5,72 juta atau naik 1,54% secara bulanan, disusul investor reksa dana 12,17 juta dan SBN 1,08 juta.
Di sisi lain, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengungkapkan bahwa ada potensi bagi investor saham untuk beralih ke jenis investasi lainnya saat kondisi pasar sedang lesu atau turun.
Iman menjelaskan salah satu penyebab potensial pergeseran ini adalah ketidakpastian ekonomi global. Inflasi di Amerika Serikat yang belum mencapai target 2% telah membuat Bank Sentral AS, The Fed, mempertahankan suku bunga di kisaran 5,25%-5,5% dan hanya memproyeksikan satu kali pemangkasan suku bunga tahun ini.
Bursa melihat bahwa tingkat suku bunga yang tinggi dari The Fed berpotensi berlanjut, sehingga investor mungkin akan memilih untuk mengalihkan investasi mereka ke produk yang dianggap aman. Ini juga menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Sementara itu, faktor dalam negeri yang menjadi pemicu beralihnya investor saham adalah adanya Pemilu 2024 pada Februari lalu. Pemilu telah membuat investor cenderung menunggu dan melihat perkembangan lebih lanjut. Selain Indonesia, sekitar 64 negara juga menghadapi proses pemilihan umum tahun ini, termasuk AS, Rusia, dan India. Iman menyebutkan kondisi ini menjadi tantangan tambahan bagi BEI untuk meningkatkan jumlah investor ritel.