Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas bervariatif usai mengalami kenaikan lebih dari 1% di sesi sebelumnya. Batu bara ditutup melemah, sedangkan CPO menguat.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot melemah 0,00% atau 0,02 poin ke level US$2.327,71 pada perdagangan Jumat (28/6/2024) pada pukul 06.41 WIB.
Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 menguat 0,06% atau 1,30 poin ke level ke level US$2.337,90 per troy ounce pada pukul 06.30 WIB.
Mengutip Reuters, harga emas telah naik lebih dari 1% pada Kamis (27/6) dari level terendah dua minggu yang dicapai pada sesi sebelumnya. Kenaikan tersebut terjadi karena dolar yang melemah dan fokus yang beralih ke data inflasi utama Amerika Serikat (AS) sebagai petunjuk mengenai jalur kebijakan Federal Reserve (The Fed).
"Beberapa data yang keluar mendukung pasar emas. Pada dasarnya, persediaan grosir lebih rendah dari yang diharapkan. Angka PDB akhir jauh lebih rendah. Jadi, emas berjangka mendapat dorongan karena indeks dolar turun," jelas kepala strategi pasar di Blue Line Futures, Phillip Streible.
Dolar AS turun 0,2% terhadap sekeranjang mata uang, meningkatkan daya tarik emas bagi pemegang mata uang lainnya. Imbal hasil obligasi 10 tahun juga turun menjadi 4,2845%.
Baca Juga
Pasar mengamati potensi intervensi otoritas Jepang terhadap yen yang berada di level terendah dalam 38 tahun. Ketidakpastian ekonomi mendorong kenaikan minat terhadap emas.
Harga Batu Bara
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Juli 2024 di ICE Newcastle melemah 0,30% ke level US$132,60 per metrik ton pada penutupan perdagangan Kamis (27/6). Kemudian, batu bara kontrak Agustus 2024 juga melemah 0,04% ke US$132,95 per metrik ton.
Mengutip ETEnergyWorld, berdasarkan studi terbaru yang dilakukan oleh National Foundation for India (NFI), masalah kesehatan dan ketidakstabilan ekonomi menjadi masalah besar bagi masyarakat marginal, seiring dengan upaya India mengurangi ketergantungannya pada batu bara.
Laporan tersebut menuturkan bahwa 75% peserta kelompok fokus menderita penyakit pernapasan dan kulit kronis akibat paparan polutan pertambangan batu bara dalam waktu lama.
Peralihan dari batu bara kemudian juga diperkirakan menyebabkan hilangnya lapangan pekerjaan secara signifikan. Hal ini menjadi dampak yang paling parah di daerah-daerah yang bergantung pada pertambangan dan pengolahan batu bara.
Kemerosotan perekonomian juga dinilai tidak hanya berdampak kepada para penambang dan pekerja terkait, namun juga bagi perekonomian lokal yang lebih luas, yang berkembang di sekitar industri batu bara.