Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rebound IHSG Berisiko Terganjal Kebijakan Short Selling

Aturan short selling yang akan diberlakukan BEI pada Oktber 2024 berisiko menahan laju IHSG yang mulai menanjak.
Annisa Kurniasari Saumi,Artha Adventy
Selasa, 25 Juni 2024 | 08:00
Aturan short selling yang akan diberlakukan BEI pada Oktber 2024 berisiko menahan laju IHSG yang mulai menanjak. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Aturan short selling yang akan diberlakukan BEI pada Oktber 2024 berisiko menahan laju IHSG yang mulai menanjak. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Aturan short selling yang akan diberlakukan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Oktber 2024 berisiko menahan laju Indeks Saham Gabungan (IHSG) yang mulai menanjak.

Pada perdagangan Senin (24/6/2024), IHSG ditutup naik 0,13% atau 9,1 poin ke level 6.889. Sepanjang sesi, indeks komposit bergerak pada rentang 6.870 hingga 6.914.

Head of Research InvestasiKu (Mega Capital Sekuritas) Cheril Tanuwijaya menjelaskan saat ini revisi kebijakan Full Call Auction (FCA) menjadi angin segar bagi IHSG. Namun, rencana penerapan short selling paling lambat Oktober 2024 dapat menjadi penghambat pergerakan IHSG selanjutnya.

"Jadi sentimen positif FCA bisa jadi hanya jangka pendek efeknya," kata Cheril, Senin (24/6/2024).

Untuk kebijakan short selling, lanjutnya, berbagai pelaku pasar telah menyampaikan ketidaknyamanan atas kebijakan ini sebelum diterapkan.

Akan tetapi, kata dia, apabila BEI merevisi aturan short selling yang dinilai sesuai oleh pelaku pasar, maka IHSG bisa melanjutkan penguatannya.

Selain itu, lanjut Cheril, pasar juga mencermati pelemahan nilai tukar rupiah komentar pejabat The Fed pekan ini, serta data-data ekonomi AS seperti inflasi personal consumption expenditure (PCE) di akhir pekan.

Cheril juga memperkirakan, IHSG dapat rebound ke level 7.000 dalam waktu dekat apabila probabilitas pemangkasan suku bunga AS semakin meningkat.

"Jika probabilitas pemangkasan suku bunga AS di September bisa semakin meningkat, maka ini akan menjadi sentimen positif bagi IHSG agar bisa kembali dan bertahan ke level 7.000," ujar Cheril.

Penerapan Aturan Short Selling Oktober 2024

Sebagaimana diketahui, BEI menyampaikan akan memberlakukan praktik short selling bertujuan untuk meningkatkan likuiditas saham saat market bearish.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy menyampaikan rencana pemberlakuan short selling pada Oktober 2024, mengikuti masa transisi pemberlakuan  POJK 6 tahun 2024 tentang Pembiayaan Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek bagi Nasabah dan Transaski Short Selling Oleh Perusahaan Efek.

"Rencana pemberlakukan short selling di bulan Oktober 2024, progres saat ini yang sedang dilakukan BEI antara lain Pembahasan Peraturan Bursa dengan OJK dan Pengembangan Sistem dan Kesiapan Anggota Bursa yang berminat untuk menjadi AB short selling," paparnya kepada media, Senin (24/6/2024).

Menurut Irvan, short selling adalah common practice yang telah diterapkan di bursa-bursa regional. Short selling diterapkan untuk meningkatkan likuiditas dan fair price discovery serta sebagai bentuk penyediaan sarana bagi investor untuk dapat memanfaatkan momentum pada saat market dalam kondisi bearish.

"Hal ini dapat meningkatkan price discovery atas suatu saham," imbuhnya.

Short selling juga dapat menambah likuiditas dan mengurangi spread dari suatu saham karena akan menambah permintaan dan suplai atas saham tersebut. Dengan adanya short selling, investor mempunyai pilihan untuk melakukan eksekusi suatu saham sesuai dengan valuasi yang telah dianalisa.

Hal ini juga lebih menggairahkan pasar karena pasar tidak hanya satu arah (long only). Short selling juga membantu mekanisme hedging atas investor yang ingin melakukan lindung nilai atas investornya.

Selain itu, short selling juga membantu liquidity provider (yang ada di Pasar Structured Warrant dan Derivatif) untuk dapat melakukan hedging atas kuotasi yang diberikan di pasar sekunder instrumen produk terstruktur dan derivatif.

IHSG
IHSG

Short Selling Tak Otomatis Kerek Nilai Transaksi Saham

Senior Investment Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan dampak short selling tidak otomatis mengerek nilai transaksi harian bursa. Transaksi akan terkerek tergantung bagaimana pasar merespon kebijakan Bursa tersebut.

“Butuh waktu, tergantung sentimen positif atau negatif yang berkembang di pasar,” kata Nafan saat dihubungi, Senin (24/6/2024).

Nafan menyebutkan mekanisme short selling akan menjadi strategi hedging bagi investor. Strategi ini juga tentunya akan meningkatkan transaksi jual dan beli yang terjadi.

Namun, Nafan mengatakan likuiditas pasar atau nilai transaksi harian secara teknis akan lebih bergantung pada kenaikan jumlah investor baru. Dia menyebut kondisi itupun bersifat jangka panjang dan progresif.

Pada penutupan perdagangan Senin (24/6/) BEI mencatatkan total nilai transaksi pasar reguler dan negosiasi sebesar Rp9,52 triliun.

Nilai transaksi ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan transaksi dalam lima hari Bursa sebelumnya yang berada di kisaran Rp10 triliun hingga Rp18 triliun.

Jika dirincikan, pada perdagangan kemarin, total transaksi harian berada di level Rp9,52 triliun. Namun transaksi harian pasar reguler hanya berada di posisi Rp6,96 triliun.

Begitu pula transaksi pada Jumat lalu yang sebesar Rp18,38 triliun, sebanyak Rp2,39 triliun merupakan transaksi negosiasi. Lonjakan transaksi ini seiring dengan kebijakan Bursa merevisi aturan papan pemantauan khusus dengan mekanisme full call auction (PPK FCA).

Kemudian pada perdagangan Kamis (20/6/2024), transaksi harian tercatat sebesar Rp16,83 triliun termasuk di dalamnya transaksi negosiasi sebesar Rp9,68 triliun.

Adapun pada perdagangan hari sebelumnya, transaksi harian tercatat sebesar Rp9,96 triliun dengan transaksi negosiasi sebesar Rp1,1 triliun.

Turunnya nilai transaksi juga mengakibatkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) Bursa juga tergerus. Hingga perdagangan kemarin, RNTH tercatat sebesar Rp12,07 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan Jumat kemarin yang berada di level Rp12,07 triliun.

Tidak hanya RNTH yang turun, rata- rata frekuensi transaksi harian juga ikut tergerus menjadi 1.126.911 kali per hari ini, dibandingkan dengan perdagangan Jumat yang tercatat sebanyak 1.129.495 kali transaksi.

_____________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper