Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS melanjutkan penurunannya setelah data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah, memperkuat spekulasi penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat.
Angka yang dirilis Selasa menunjukkan penjualan ritel AS hampir tidak naik pada Mei 2024 dan data untuk bulan sebelumnya direvisi jauh lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi tetap lesu pada kuartal II/2024.
Setelah laporan tersebut, dolar kemudian melemah segera meskipun kerugiannya terbatas terhadap sejumlah mata uang karena euro, yang memegang beban terbesar dalam indeks dolar, dan terbebani oleh kegelisahan politik di Prancis dan kawasan Eropa yang lebih luas.
"Keadaan akhirnya memburuk. Tampaknya konsumen AS tidak akan pernah melambat, namun sepertinya itulah yang terjadi sekarang,” jelas kepala ekonomi internasional dan berkelanjutan di Commonwealth Bank of Australia (CBA), Joseph Capurso, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (19/6).
Poundsterling turun 0,03% menjadi US$1,2705 menjelang data inflasi Inggris yang dirilis pada Rabu setempat (19/6), sebelum keputusan kebijakan Bank of England (BoE) pada Kamis (20/6), dengan suku bunga diperkirakan akan tetap ditahan.
Kemudian, dolar Australia mencatatkan kinerja terbaik terhadap dolar, dibantu oleh sikap hawkish dari Gubernur Reserve Bank of Australia (RBA) Michele Bullock.
Baca Juga
Untuk yen, mata uang dari Negeri Sakura tersebut menguat 0,03% terhadap dolar di level 157,82 pada pukul 10.08 WIB.
Risalah pertemuan kebijakan Bank of Japan (BOJ) pada April 2024 yang dirilis Rabu (19/6) menunjukkan bahwa para pengambil kebijakan memperdebatkan dampak pelemahan yen terhadap harga, walaupun rilis tersebut tidak banyak menggerakan pasar karna para investor menantikan pertemuan BOJ berikutnya pada Juli 2024.
Gubernur BOJ Kazuo Ueda mengatakan pada Selasa (18/6) bahwa bank sentral dapat menaikkan suku bunga bulan depan tergantung pada data ekonomi yang tersedia pada saat itu.
“Prospek bank terhadap pertumbuhan ekonomi dan tekanan harga menunjukkan, dalam pandangan kami, bahwa normalisasi kebijakan lebih lanjut akan segera terjadi,” jelas ekonom Wells Fargo tentang BOJ, dikutip Reuters.
Rupiah kini juga menguat 0,35% terhadap dolar, berada pada level Rp16.355 pada pukul 10.08 WIB. Adapun, Nilai tukar rupiah dibuka menguat ke posisi Rp16.405 per dolar AS.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi bahwa mata uang rupiah pada perdagangan Rabu hari ini (19/6) akan bergerak fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp16.400 - Rp16.470 per dolar AS.
Pada pukul 10.08 WIB, beberapa mata uang yang menguat terhadap greenback adalah ringgit Malaysia 0,10%, won Korea 0,12%, dolar Taiwan 0,08%, dan dolar Singapura 0,04%.
Sedangkan, beberapa mata uang yang melemah adalah baht Thailand 0,09%, yuan China 0,03%, peso Filipina 0,06%, dan dolar Hong Kong yang stabil.
Beberapa mata uang yang menguat terhadap dolar terdiri dari won Korea sebesar 0,09%, dolar Taiwan 0,06%, dolar Singapura 0,01%. Sedangkan, beberapa mata uang yang melemah adalah baht Thailand 0,12%, peso Filipina 0,02%, yuan China 0,03%. Sumber: Bloomberg, Reuters