Bisnis.com, JAKARTA – Emiten manufaktur PT Benteng Api Technic Tbk. (BATR) berencana membangun pabrik baru usai menghimpun modal dari aksi penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO), Senin (10/6/2024).
BATR resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), setelah melepas sebanyak-banyaknya 20,50% saham atau 620 juta saham baru ke publik dengan harga Rp100 per lembar. Melalui aksi ini, perseroan memperoleh dana segar senilai Rp68,2 miliar.
Direktur Utama Benteng Api Technic, Ridwan, mengatakan sekitar 60% dari dana IPO bakal dialokasikan sebagai belanja modal atau capital expenditure (capex). Melalui alokasi ini, BATR akan membangun pabrik baru di Gresik, Jawa Timur.
Perinciannya, sebesar 38,65% dari dana IPO akan digunakan untuk pembelian tanah dan bangunan dari pihak terafiliasi. Adapun sekitar 10% untuk pembangunan dan perbaikan bangunan, 5,67% untuk pembelian alat laboratorium, dan 6,84% membeli mesin produksi.
Adapun sisanya atau sekitar 38,82% akan digunakan sebagai operational expenditure [opex] berupa persediaan barang jadi dan bahan baku.
“Untuk rencana jangka panjang, kami sudah berencana untuk ekspansi membangun pabrik baru guna memproduksi bata tahan api dan monolitik refraktori yang mempunyai spesifikasi khusus,” ujarnya saat ditemui di gedung BEI, Jakarta.
Baca Juga
Ridwan menambahkan langkah IPO menjadi momen penting bagi perseroan. Sebab, pasar refraktori Indonesia mencatat pertumbuhan tingkat pengiriman sebesar 78,34% secara tahunan pada 2021 dan diperkirakan pertumbuhan CAGR sebesar 4,7% hingga 2026.
Kendati demikian, lanjutnya, Indonesia cenderung mengandalkan impor untuk memenuhi permintaan pasar refraktori. Tercatat, impor pasar refraktori pada 2021 mencapai US$204,63 juta sedangkan tahun 2017 sebesar US$151,06 juta.
Adapun China, Korea Selatan, Malaysia, Thailand, dan Austria termasuk di antara pemain pasar teratas pada 2021. China menjadi pemain terbesar dengan perolehan pangsa pasar 88,12%, sementara nilai pengiriman tembus US$174,84 juta.
Ridwan menuturkan pasar refraktori didorong oleh meningkatnya permintaan produk refraktori di berbagai industri seperti industri baja, industri nikel, industri tembaga, industri pupuk dan petrokimia, industri semen, industri kaca, hingga industri keramik.
“Peningkatan produksi besi dan baja, nikel smelter serta berbagai macam smelter ditambah dengan meningkatnya permintaan akan konservasi energi telah diidentifikasi sebagai salah satu pendorong utama meningkatnya pasar refraktori di Indonesia,” tuturnya.
Selain menerbitkan saham baru, BATR juga menerbitkan 620 juta waran seri I. Setiap waran memberikan hak untuk membeli satu saham baru dengan harga pelaksanaan Rp300, sehingga dana yang diperoleh dari hasil pelaksanaan ini maksimal Rp186 miliar.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.