Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kimia Farma Rugi Rp1,48 Triliun, Anak Usaha Diduga Rekayasa Keuangan

Kimia Farma mencatatkan rugi sebesar Rp1,48 triliun pada 2023, membengkak dari kerugian tahun sebelumnya, yakni Rp190,47 miliar.
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (5/2/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (5/2/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten BUMN PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) menelan kerugian Rp1,48 triliun pada 2023. Seiring dengan hal itu, Kementerian BUMN menemukan adanya rekayasa keuangan yang dilakukan oleh anak usaha perseroan. 

Melansir laporan keuangan 2023, KAEF sejatinya masih membukukan penjualan bersih sebesar Rp9,96 triliun atau meningkat 7,93% year-on-year (YoY). Raihan tersebut ditopang oleh performa penjualan obat generik yang mencapai Rp1,29 triliun. 

Namun, saat bersamaan, beban pokok penjualan meningkat 25,83% YoY menjadi Rp6,86 triliun sehingga laba kotor yang diakumulasikan mencapai Rp3,1 triliun atau turun 17,91% YoY. 

Perseroan juga mencatatkan kenaikan beban usaha sebesar 35,53% secara tahunan menjadi Rp4,66 triliun. Kondisi ini membuat Kimia Farma membukukan rugi usaha sebesar Rp1,57 triliun pada 2023, melesat 415,91% dari periode sebelumnya. 

Setelah diakumulasikan dengan pendapatan dan beban lain, KAEF mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik induk sebesar Rp1,48 triliun. Membengkak dari kerugian tahun sebelumnya, yakni Rp190,47 miliar. 

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Mahendra Sinulingga mengatakan pihaknya mengendus adanya rekayasa keuangan yang dilakukan oleh anak usaha Kimia Farma. 

Diperkirakan anak usaha tersebut adalah PT Kimia Farma Apotek yang didirikan pada 4 Januari 2003. Melansir laman resminya, Kimia Farma Apotek memiliki lebih dari 1.300 outlet yang berlokasi di 200 kota dan kabupaten di Indonesia. 

“Kalau ini [Kimia Farma] dia rekayasa, menggelembungkan. Misalnya, distribusi-distribusi dan sebagainya, seakan-akan kayak penjualan semuanya bagus padahal tidak. Anaknya di KAEF,” ujar Arya kepada awak media dikutip Kamis (6/6/2024). 

 

Di samping itu, kata Arya, Kimia Farma memiliki masalah perihal efisiensi. Hal itu disebabkan perseroan terlalu banyak membangun pabrik, tetapi tidak sesuai kebutuhan bisnis. KAEF kini memiliki 10 pabrik dan hanya 5 pabrik yang nantinya akan dikelola. 

Arya Sinulingga menyatakan bahwa Kementerian BUMN akan segera memproses seluruh permasalah di Kimia Farma sebagai langkah bersih-bersih perusahaan pelat merah. 

Hingga akhir tahun lalu, KAEF mencatatkan total aset sebesar Rp17,58 triliun atau turun 11,17% YoY. Adapun liabilitas perseroan juga turun 5,10% YoY menjadi Rp11,19 triliun, sementara ekuitas mencapai Rp6,39 triliun atau ambles 20,12% YoY. 

Di sisi lain, arus kas setara kas sepanjang 2023 mencapai Rp832,67 miliar atau mengalami penurunan sebesar 62% YoY dari posisi sebelumnya Rp2,19 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper