Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beban Membengkak, Kimia Farma (KAEF) Mau Efisiensi Pabrik

PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) memutuskan akan melakukan efisiensi pabrik untuk menekan beban perseroan yang kian membengkak.
Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) David Utama memberikan pemaparan saat acara Leader’s Day di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Rabu (11/10/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) David Utama memberikan pemaparan saat acara Leader’s Day di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Rabu (11/10/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten farmasi BUMN PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) memutuskan akan melakukan efisiensi pabrik untuk menekan beban perseroan yang kian membengkak. Pasalnya, KAEF masih membukukan rugi bersih Rp1,48 triliun pada 2023 meski pendapatan naik.

Direktur Utama KAEF, David Utama mengatakan, mekanisme efisiensi pabrik tersebut nantinya dari 10 pabrik obat milik perseroan yang ada saat ini, akan dirampingkan menjadi 5 pabrik.

"Efisiensi pabrik adalah keputusan yang mau tidak mau, suka tidak suka harus diambil. Sebab dari sisi komersial juga masih ada pelemahan, dan biaya non-operasional yang sangat memukul. Ini menjadi salah satu penyebab kinerja terpuruk," ujar David di Jakarta, dikutip Senin (3/6/2024).

Menilik laporan keuangan per 2023, KAEF mencatatkan beban pokok penjualan sebesar Rp6,86 triliun, naik 25,83% dari tahun 2022 yang sebesar Rp5,45 triliun.

Dari sisi beban usaha tahun 2023 meningkat hingga 35,53% (YoY) menjadi Rp4,66 triliun dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar Rp3,44 triliun. Kenaikan beban usaha terjadi secara dominan pada anak usaha yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA), di mana kondisi ini tidak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

Beban keuangan tahun 2023 naik 18,49% (YoY) menjadi Rp622,82 miliar seiring dengan kebutuhan modal kerja perusahaan dan adanya kenaikan suku bunga. David mengatakan, ke depannya, perseroan akan menjalankan restrukturisasi keuangan guna meringankan beban keuangan.

David pun tidak menampik bahwa dengan langkah efisiensi pabrik tersebut akan ada sedikitnya ratusan karyawan pabrik Kimia Farma yang terkena dampaknya. Namun, perseroan memastikan bahwa karyawan yang terdampak akan mendapatkan hak-haknya sesuai regulasi yang berlaku.

"Salah satu penyebab inefisiensi operasional karena kapasitas 10 pabrik yang dimiliki tidak sejalan dengan pemenuhan kebutuhan bisnis perseroan. Sebagai langkah untuk meningkatkan efisiensi, perseroan merencanakan akan melakukan optimalisasi fasilitas produksi melalui penataan 10 pabrik menjadi 5 pabrik," pungkas David.

Perlu diketahui, penjualan KAEF sepanjang 2023 sejatinya mengalami peningkatan dibandingkan 2022. KAEF mencatatkan penjualan sebesar Rp9,96 triliun pada 2023. Penjualan ini naik 7,93% dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp9,23 triliun.

Penjualan ini didominasi oleh penjualan ke lokal ke pihak ketiga sebesar Rp8,79 triliun, dan pihak berelasi sebesar Rp1,05 triliun. Sementara itu, penjualan luar negeri KAEF adalah penjualan garam kina sebesar Rp100,6 miliar, dan penjualan obat dan alat kesehatan sebesar Rp7,56 miliar.

Sementara itu, menurut lini produknya, KAEF menjual obat generik produksi KAEF sebesar Rp1,29 triliun, obat ethical, lisensi dan narkotika Rp891,4 miliar, obat OTC Rp459,09 miliar, bahan baku Rp143,11 miliar, dan alat kesehatan sebesar Rp107,04 miliar. Total penjualan produksi entitas KAEF adalah sebesar Rp2,89 triliun.

Namun, dengan membengkaknya beban perseroan, maka laba bruto KAEF  tergerus 17,91% menjadi Rp3,1 triliun. Sebelumnya, pada 2022 KAEF mencatatkan laba bruto sebesar Rp3,77 triliun.

Alhasil, KAEF mencatatkan kenaikan rugi bersih menjadi Rp1,48 triliun pada 2023. Rugi bersih ini meningkat dibandingkan 2022 yang sebesar Rp190,47 miliar.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper