Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada Rabu (29/5/2024) dan menyentuh level Rp16.160. Pada saat yang sama, mayoritas mata uang Asia juga mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 70 poin atau 0,44% menuju level Rp16.160 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat sebesar 0,06% ke posisi 104,67.
Sementara itu, mata uang lain di Asia mayoritas melemah. Won Korea, misalnya, mencatatkan pelemahan 0,50%, lalu diikuti yuan China 0,06%, dan rupee India sebesar 0,18%. Adapun baht Thailand, ringgit Malaysia, serta peso Filipina melemah 0,42%, 0,35%, dan 0,87%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa penguatan dolar AS hari ini terjadi karena adanya kekhawatiran inflasi akan berada di atas target The Fed.
“Kekhawatiran bahwa inflasi akan tetap berada di atas target The Fed untuk jangka waktu yang lebih lama memberikan beberapa dukungan untuk mata uang AS,” ujarnya dalam publikasi riset, Rabu (29/5/2024).
Data hari sebelumnya menunjukkan bahwa kekhawatiran terhadap inflasi masih ada dan banyak rumah tangga memperkirakan tingkat suku bunga yang lebih tinggi pada 2025.
Baca Juga
Adapun Presiden Bank Sentral Federal Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bank sentral AS harus menunggu kemajuan signifikan dalam inflasi sebelum memangkas suku bunga. Bank Sentral bahkan berpotensi mengerek suku bunga jika inflasi gagal menurun.
“Inflasi harga konsumen yang menunjukkan bahwa kenaikan harga kurang dari perkiraan pada April sempat meningkatkan harapan bahwa The Fed semakin dekat dengan penurunan suku bunga, namun para pejabat The Fed telah menekankan bahwa mereka ingin melihat kemajuan beberapa bulan lagi sebelum melakukan pelonggaran kebijakan,” kata Ibrahim.
Di sisi lain, meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, antara Palestina dan Israel dikhawatirkan dapat berdampak ke ekonomi Indonesia sehingga risiko geopolitik harus terus diawasi. Setiap eskalasi akan memicu volatilitas pasar keuangan.
Utamanya karena kekhawatiran melonjaknya harga minyak dan membuat inflasi kembali semakin kaku dan sulit diturunkan menuju target. Kondisi ini diharapkan tidak terjadi kembali.
“Selain itu, potensi kenaikan harga minyak jika konflik tereskalasi juga akan berdampak pada defisit APBN yang bisa meningkat, mengingat saat ini masih terdapat subsidi BBM dalam postur anggaran negara,” ujar Ibrahim.
Secara bersamaan, Bank Indonesia (BI) terus memperkuat koordinasi dengan semua otoritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan ekonomi global, yang terus melambat akibat memanasnya tensi geopolitik.
“BI juga terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan, guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mendukung pemulihan ekonomi secara lebih lanjut,” pungkasnya.
Untuk perdagangan besok Kamis (29/5/2024), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup melemah di rentang Rp16.150 hingga Rp16.200.