Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Dekati Level Terendah dalam Tiga Bulan jelang Musim Berkendara di AS

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Juli 2024 melemah -0,16% atau -0,12 poin menjadi US$76,75 per barel pada pukul 14.11 WIB.
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak diperdagangkan mendekati level terendah dalam tiga bulan. Hal ini terjadi karena pasar menunjukan tanda-tanda pelemahan menjelang musim berkendara di musim panas Amerika Serikat (AS). 

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (24/5/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Juli 2024 melemah 0,16% atau 0,12 poin menjadi US$76,75 per barel pada pukul 14.11 WIB.

Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Juli 2024 juga melemah  0,11% atau 0,09% poin ke US$81,27 per barel. Baik minyak mentah Brent ataupun WTI diperkirakan mencatat pelemahan mingguan.

Akhir pekan Memorial Day biasanya dianggap sebagai awal dari periode puncak berkendara di AS, dan para investor akan mengamati untuk menilai prospek permintaan. 

Harga minyak mentah masih lebih tinggi tahun ini sebagian karena pemotongan produksi oleh OPEC+, tetapi harga berjangka telah menurun sejak pertengahan April 2024. 

Aliansi OPEC+ akan bertemu pada 1 Juni 2024 dan diperkirakan secara luas akan memperpanjang pengurangan produksi saat ini hingga paruh kedua tahun 2024. OPEC telah membatasi produksi sekitar 2 juta barel per hari pada 2024. 

“Pertemuan OPEC+ yang akan datang akan menghilangkan ketidakpastian pasokan,” jelas analis di Chaos Research Institute di Shanghai, Zhou Mi. 

Ia juga menambahkan bahwa permintaan AS sudah pulih, dan seharusnya mendapat dorongan dari musim perjalanan di musim panas. 

"Latar belakang 'kemungkinan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama' membebani harga minyak secara signifikan minggu ini," jelas analis pasar senior di Phillip Nova,  Priyanka Sachdeva, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (24/5). 

Adapun, risalah pertemuan kebijakan baru The Fed pada Rabu (22/5) mencerminkan pembuat kebijakan yang mempertanyakan apakah suku bunga saat ini cukup tinggi untuk menjinakkan inflasi yang membandel.

Sedangkan, tarif yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi permintaan bahan bakar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper