Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak turun untuk sesi keempat berturut-turut pada perdagangan Kamis (23/5/2024) dan menetap di posisi terendah dalam beberapa bulan karena prospek suku bunga AS yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama meningkatkan kekhawatiran seputar pertumbuhan permintaan di pasar minyak terbesar di dunia.
Mengutip Reuters, minyak mentah berjangka Brent ditutup lebih rendah sebesar 54 sen, atau 0,7%, pada level US$81,36 per barel, terendah sejak Januari. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun 70 sen, atau 0,9%, menjadi US$76,87 per barel, terendah dalam tiga bulan.
Data S&P Global menunjukkan percepatan aktivitas bisnis AS bulan ini, namun produsen juga melaporkan lonjakan harga untuk berbagai input, menunjukkan kenaikan inflasi barang dalam beberapa bulan mendatang.
Pada hari Rabu (22/5), risalah pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve AS menunjukkan para pengambil kebijakan masih ragu apakah suku bunga saat ini cukup tinggi untuk menjinakkan inflasi yang membandel.
Suku bunga yang tinggi meningkatkan biaya pinjaman, yang dapat memperlambat aktivitas ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Yang juga membebani pasar adalah stok minyak mentah AS naik 1,8 juta barel pada pekan lalu, menurut Badan Informasi Energi (EIA), dibandingkan dengan perkiraan penurunan sebesar 2,5 juta barel.
Baca Juga
Namun, EIA melaporkan permintaan bensin AS berada pada titik tertinggi sejak bulan November, sehingga memberikan dukungan bagi pasar energi menjelang liburan akhir pekan Memorial Day, yang dianggap sebagai awal musim berkendara di musim panas di AS. Konsumsi bensin di AS menyumbang sekitar 9% dari permintaan minyak global.
"Itu adalah laporan yang cukup bagus untuk bensin, semuanya memberikan dampak positif," kata analis Mizuho, Bob Yawger.
"Namun, satu laporan tidak akan menjadi tren, jadi semua orang akan memperhatikan apakah laporan tersebut dapat terus berkinerja baik di masa mendatang."
Investor juga menantikan pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang disebut OPEC+, pada tanggal 1 Juni, di mana kelompok tersebut akan memutuskan kebijakan produksinya.
Rusia mengatakan pihaknya melampaui kuota produksi OPEC+ pada bulan April karena “alasan teknis” dan akan segera menyampaikan rencananya kepada Sekretariat OPEC untuk mengkompensasi kesalahan tersebut, kata Kementerian Energi Rusia pada Rabu malam.
Pelemahan harga minyak mentah baru-baru ini meningkatkan kemungkinan bahwa OPEC+ akan mempertahankan pembatasan produksi yang ada setidaknya hingga akhir September, kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates yang berbasis di Houston.