Bisnis.com, JAKARTA — Saham bank jumbo seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatatkan kinerja yang positif usai pengumuman BI Rate periode 21-22 Mei 2024. Lantas, seperti apa prospeknya?
Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 21-22 Mei 2024.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkap alasan Dewan Gubernur BI mempertahankan suku bunga acuan pada RDG bulan ini.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21 dan 22 Mei 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi sebesar 6,25%,” ujarnya dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (22/5/2024).
Perry mengatakan keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter pro-stabilitas serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025, termasuk efektivitas dalam menjaga aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Berdasarkan RTI Business, harga saham BBCA naik 0,53% pada penutupan perdagangan Rabu (22/5/2024) dan terparkir di level Rp9.425. Akan tetapi, harga saham BBCA terkoreksi tipis 0,79% dalam sepekan terakhir.
Baca Juga
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga mencatatkan peningkatan harga saham 0,41%, dalam 24 jam terakhir ke level Rp6.050. Namun, dalam sepekan, harga saham BMRI terparkir di zona merah yakni 5,1%.
Kemudian, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mengalami kenaikan 0,85% ke level Rp4.720 pada Selasa lalu. Sayangnya, dalam sepekan, harga saham BBRI harus turun 2,07%.
Sedangkan, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) masih terus mengalami pelemahan, di mana pada Selasa harga saham BBNI turun 0,21% ke level Rp4.760 dan ambles 5,27% dalam sepekan terakhir.
Meski demikian, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengapresiasi langkah BI dalam mempertahankan tingkat suku bunga di level 6,25% yang didasari atas keyakinan kuat bahwa capital inflow sudah mulai masuk, baik itu di pasar uang, pasar modal hingga di pasar obligasi.
Apalagi, ini seiring dengan meredanya sentimen The Fed yang mempertahankan sikap hawkish terhadap prospek suku bunga. Adapun, Nafan memperkirakan berakhirnya era suku bunga tinggi akan dimulai pada semester II/2024.
“Kalau capital inflow masuk, maka sektor perbankan bisa terapresiasi ke depan, apalagi dengan suku bunga yang mulai mengalami pelonggaran dalam hal ini expansionary monetary policies akan memberi benefit pada kredit ekspansi," ujarnya pada Bisnis, Jumat (24/5/2024).
Menurutnya, dengan hal itu tentu akan memberikan manfaat bagi perbankan itu sendiri, yakni terkait penebalan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) serta penurunan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL).
“[NPL] ini juga sehubungan dengn berakhirnya restrukturisasi Covid-19 pada Maret 2024. Ini sebenarnya [juga] bagus ketika IHSG mengalami penguatan, karena salah satunya dipengaruhi oleh kapitalisasi pasar besar, yaitu big bank,” tuturnya.
Dia pun merekomendasikan beli untuk BBCA dengan target harga Rp9.600-Rp10.650. Senada, dia juga merekomendasikan beli pada BMRI dan BBNI dengan target harga masing-masing Rp6.575-Rp7.075 dan Rp4.990-Rp5.625.
Adapun, berdasarkan riset Maybank Sekuritas Indonesia yang dirilis baru-baru ini, tercatat pada kuartal I/2024 kredit secara industri tetap kuat, tumbuh sebesar 12,4% secara tahunan dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Kami yakin pertumbuhan yang kuat ini akan melambat sepanjang tahun, dan memperkirakan pertumbuhan pinjaman sebesar 10% YoY pada 2024,,” tulis kedua analis Jeffrosenberg Chenlim dan Faiq Asad.
Pihaknya pun tengah mengkhawatirkan adanya tekanan kompresi margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang berkelanjutan akibat likuiditas yang lebih ketat.
“Sebagai hasilnya, kami lebih memilih bank-bank yang lebih tangguh dengan biaya pendanaan yang lebih rendah dan kualitas pemberian pinjaman yang kuat. Urutan rekomendasi kami adalah BBCA, BRIS, BMRI, BBRI, dan BBNI,” ujarnya.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.