Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

13 Tahun Melantai di Bursa, Garuda Indonesia (GIAA) Kembali Absen Bagi Dividen

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) memutuskan untuk kembali absen membagikan dividen kepada pemegang sahamnya.
Pesawat maskapai Garuda Indonesia berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (20/12/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pesawat maskapai Garuda Indonesia berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (20/12/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) memutuskan untuk kembali absen membagikan dividen kepada pemegang sahamnya. Hal itu diputuskan berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Rabu, (22/5/2024).

Perlu diketahui, GIAA terpantau belum pernah membagikan dividen sejak perdana melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 13 tahun silam, tepatnya pada 11 Februari 2011. Kala itu, perseroan menggalang dana Rp4,75 triliun di pasar modal melalui intial public offering (IPO).

Direktur Keuangan GIAA Prasetio mengatakan, alasan perseroan absen membagikan dividen tahun ini, karena perseroan memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan tahun buku 2023.

"Sesuai ketentuan, karena kami masih negatif ekuitasnya, laba bersih itu hanya boleh diperbolehkan untuk mengurangi ekuitas, tidak bisa dibagi sebagian untuk para pemegang saham," ujar Prasetio saat paparan publik GIAA di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng pada Rabu (22/5/2024).

Berdasarkan neraca, total ekuitas GIAA masih negatif sebesar US$1,28 miliar pada 2023, namun nilai itu menyusut dari US$1,53 miliar pada 2022 lalu.

Di sisi lain, GIAA menutup 2023 dengan total liabilitas senilai US$8,10 miliar, naik 3,09% YoY. Jumlah itu terdiri dari liabilitas jangka panjang yang sebesar US$6,84 miliar dan liabilitas jangka panjang US$1,16 miliar.

Alhasil, total aset Garuda Indonesia terdata sebesar US$6,72 miliar, naik 7,90% YoY. Perinciannya, aset lancar sebesar US$653,77 juta dan aset tidak lancar US$6,07 miliar.

Mengutip laporan keuangan perseroan, Garuda melaporkan meraih pendapatan usaha sebesar US$2,93 miliar, naik 39,83% secara tahunan (year-on-year/YoY) dari posisi US$2,1 miliar pada 2022.

Pendorong utama pendapatan usaha GIAA ialah pendapatan dari penerbangan berjadwal yang menyentuh 2,37 miliar pada 2023, naik 40,71%. Selanjutnya, ada pendapatan penerbangan tidak berjadwal dan pendapatan lainnya yang masing-masing menyumbang US$288,03 juta dan US$270,58 juta.

Setelah dikurangi pajak, laba tahun berjalan GIAA menjadi US$251,99 juta pada 2023. Adapun, kepentingan non-pengendali terdata sebesar US$1,94 juta sehingga laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk menjadi senilai US$250,04 juta.

Adapun, saham GIAA parkir melemah 1,67% di level Rp59 per saham pada Rabu (22/5/2024). Secara year-to-date (ytd) saham GIAA ambles 14,49%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper