Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas telah mengalami kenaikan dalam sepekan, di kala investor yang menanti data Amerika Serikat (AS) minggu depan yang dinilai krusial. Harga batu bara dan crude palm oil (CPO) telah melesu dalam sepekan.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Mei 2024 di ICE Newcastle ditutup melemah 0,38% pada level US$144,40 per metrik ton pada penutupan perdagangan Jumat (10/5/2024) dan mencatatkan pelemahan 0,52% dalam sepekan.
Sementara, harga batu bara kontrak Juli 2024 menguat 0,03% ke US$144 per metrik ton. Meski menguat secara harian, kontrak ini melemah 1,10% dalam sepekan.
Mengutip Energyworld, emisi pembangkit listrik tenaga batu bara dan sektor ketenagalistrikan di India mencapai rekor tertinggi selama kuartal pertama. Hal ini karena suhu yang berada di atas rata-rata, sehingga mendorong peningkatan penggunaan AC dan ekspansi ekonomi yang mendorong peningkatan konsumsi listrik secara keseluruhan.
Menurut lembaga think thank Ember, produksi listrik berbahan bakar batu bara mencapai 338 terawatt jam selama kuartal I/2024. Angka ini menunjukkan peningkatan 9,6% dibandingkan dengan kuartal I/2023.
Kemudian, total emisi sektor ketenagalistrikan meningkat dengan tingkat yang sama hingga mencapai rekor 316 juta metrik ton karbon dioksida dan gas setara.
Baca Juga
Sektor ketenagalistrikan India juga telah mengeluarkan rekor emisi sebesar 108 juta ton CO2 pada Maret 2024 dan sejauh ini telah mengeluarkan lebih dari 100 juta ton CO2 setiap bulannya pada tahun ini, yang merupakan rekor tertinggi bagi pemasok listrik di Negara Bollywood tersebut.
Harga Emas
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot ditutup menguat 0,60% ke level US$2.360,50 per troy ounce pada perdagangan Jumat (10/5), mencatatkan penguatan 2,51% dalam sepekan.
Kemudian, harga emas Comex kontrak Juni 2024 juga menguat 1,48% ke level US$2.375,00 per troy ounce, dan dalam sepekan telah menguat 2,88%.
Mengutip Reuters, harga emas telah meningkat pada Jumat (10/5). Adapun lonjakan pembelian emas sebagian besar didorong secara teknis.
Kepala strategi pasar di Blue Line Futures, Phillip Streible, juga mengatakan bahwa data pengupahan minggu lalu dan data klaim pengangguran pada awal Kamis (9/5) memberikan dukungan.
“Kekhawatiran mengenai situasi ketenagakerjaan seringkali menjadi hambatan pertama dalam perekonomian dan dapat mendorong penurunan suku bunga pertama The Fed,” tuturnya.
Adapun, investor kini menantikan data indeks harga produsen dan indeks harga konsumen AS yang akan dirilis minggu depan. Kedua data ini berdampak signifikan pada harga emas dan perak.
Harga CPO
Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada perdagangan Jumat (10/5) kontrak Juli 2024 melemah 21 poin ke 3.810 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia, melemah 0,91 dalam sepekan. Kontrak Mei 2024 juga ditutup melemah 76 poin menjadi 3.847 ringgit per ton dan telah melemah 0,95% dalam sepekan.
Mengutip Bernama, seorang pedagang mengatakan bahwa kontrak berjangka CPO telah berakhir lebih rendah pada Jumat (10/5) karena Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) melaporkan peningkatan persediaan dan produksi yang menambah tekanan pada harga hari ini.
Pedagang minyak sawit David Ng mengatakan bahwa kinerja harga yang buruk juga disebabkan oleh melemahnya pasar berjangka minyak kedelai Chicago Board of Trade (CBOT).
“Kami melihat dukungan pada RM3.750 per ton dan resistensi pada RM3.900 per ton,” jelasnya kepada Bernama.
Stok minyak sawit Malaysia pada akhir April 2024 juga meningkat 1,85% dari bulan sebelumnya menjadi 1,74 juta ton. Berdasarkan data MPOB, kenaikan ini merupakan kenaikan bulanan pertama dalam enam bulan.
Kemudian, produksi minyak sawit mentah meningkat 7,86% dari Maret 2024 menjadi 1,50 juta ton. Ekspor minyak sawit menurun 6,97% menjadi 1,23 juta ton.