Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kini menuju penurunan mingguan berturut-turut, pertama kalinya dalam lebih dari dua bulan di tengah kekhawatiran soal suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) yakni Federal Reserve (The Fed).
Mengutip Bloomberg, Jumat (3/5/2024) para investor kini menunggu data ketenagakerjaan bulanan AS pada Jumat malam waktu setempat (3/5/2024) untuk mendapatkan pengetahuan lebih lanjut mengenai kekuatan perekonomian.
Sebelumnya data menunjukan bahwa biaya tenaga kerja melonjak paling tinggi dalam satu tahun akibat peningkatan produktivitas yang melambat. Hal ini kemudian menambah tekanan harga.
Gubernur Bank Sentral AS atau The Fed Jerome Powell pada Rabu (1/5/2024) juga menuturkan bahwa para pengambil kebijakan memerlukan lebih banyak bukti bahwa kenaikan harga mulai mereda sebelum memangkas suku bunga.
Pada Jumat (3/5/2024) harga emas kemudian telah stabil di atas US$2.300 per ounce. Laporan non-farm payroll (NFP) mungkin juga menunjukkan laju kenaikan yang lebih lambat, yang dapat meningkatkan spekulasi mengenai penurunan suku bunga.
Kemudian, harga emas telah meningkat 12% pada tahun ini dan terus diperdagangkan mendekati rekor tertinggi. Harga emas juga telah didukung dari kuatnya pembelian dari bank sentral, permintaan yang kuat di China, dan permintaan aset dana lindung nilai di tengah konflik di Ukraina dan Timur Tengah.
Baca Juga
Pada Kamis (2/5) Dolar juga mengalami penurunan terbesar sejak Desember 2023. Pelemahan ini juga memberikan dukungan.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot ditutup melemah 0,08% ke level US$2.301,95 per troy ounce pada pukul 09.40 WIB. Sementara, harga emas Comex kontrak Juni 2024 melemah 0,01% ke level US$2.309,40 per troy ounce pada pukul 09.30 WIB.