Bisnis.com, JAKARTA -- Mata uang rupiah sempat turun hingga menembus Rp16.000 per dolar AS pada pekan ini. Sederet emiten di pasar modal diuntungkan, dan beberapa lainnya dirugikan dengan pelemahan rupiah.
Bisnis mencatat, terdapat beberapa emiten di pasar modal yang dapat mencatatkan keuntungan dari pelemahan rupiah ini. Emiten-emiten tersebut seperti emiten di sektor batu bara, minyak dan gas, dan emiten-emiten yang melakukan ekspor dan mencatatkan penjualan dalam dolar AS.
Sementara itu, emiten-emiten yang dirugikan saat pelemahan rupiah ini adalah emiten-emiten yang melakukan impor terhadap bahan bakunya.
Berikut adalah deretan saham yang diuntungkan dan dirugikan dengan adanya pelemahan rupiah.
1. Saham sektor batu bara dan migas
Saham-saham di sektor batu bara seperti misalnya PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), hingga PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) dapat diuntungkan dengan pelemahan dolar AS karena melakukan ekspor batu bara.
Baca Juga
Begitu juga dengan emiten migas seperti PT Medco Energy International Tbk. (MEDC), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) yang dapat diuntungkan kondisi ini.
Emiten-emiten di sektor ini akan diuntungkan dengan pelemahan rupiah, karena menjual produk batu bara dan migas mereka dalam dolar, sementara operasional perusahaan dilakukan dalam rupiah.
2. Sektor komoditas kertas
Duo saham kertas Grup Sinarmas PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM) dapat diuntungkan dengan kondisi ini karena sebagian besar penjualan yang dilakukan merupakan penjualan ekspor.
TKIM misalnya mencatatkan ekspor sebesar US$631,8 juta atau 58,8% dari total penjualannya pada tahun 2023. Sementara itu, INKP mencetak penjualan ekspor sebesar US$2,05 miliar atau 59,19% dari total penjualan tahun 2023 sebesar US$3,47 miliar.
3. Sektor komoditas CPO
Saham di sektor minyak sawit atau crude palm oil (CPO) juga diuntungkan dengan adanya pelemahan rupiah. Perusahaan-perusahaan tersebut seperti PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP), hingga PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO).
Sebagaimana diketahui, sebagian besar biaya produksi CPO dilakukan dengan menggunakan mata uang rupiah, sementara produknya diperdagangkan dalam mata uang dolar AS.
4. Sektor konsumer
Selain perusahaan berbasis komoditas, pelemahan rupiah juga akan menguntugkan beberapa saham konsumer yang memiliki porsi ekspor cukup besar seperti PT Mayora Indah Tbk. (MYOR), hingga PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP).
MYOR misalnya mencatatkan penjualan ekspor sebesar Rp13,7 triliun pada 2023, atau setara 43,5% dari total penjualan sebesar Rp31,4 triliun. Sementara itu, ICBP mencatatkan total ekspor sebesar Rp20,2 triliun, dari total penjualan Rp67,9 triliun sepanjang 2023.
Meski diuntungkan, tetapi perlu dicatat jika emiten-emiten ini juga masih melakukan impor untuk beberapa bahan baku mereka.
5. Sektor farmasi
Saham-saham di sektor farmasi seperti PT Kimia Farma Tbk. (KAEF), PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF), hingga PT Indofarma Tbk. (INAF) dapat dirugikan dengan adanya pelemahan rupiah. Pasalnya, emiten-emiten farmasi masih melakukan impor untuk beberapa bahan baku obat-obatannya.
--------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.