Bisnis.com, JAKARTA — Posisi harga buyback emas Antam periode berjalan 2024 telah naik dua digit hingga menjelang Idulfitri 1445 Hijriah atau Lebaran 2024.
Berdasarkan data dari laman resmi logammulia.com Kamis (11/4/2024), harga buyback atau pembelian kembali emas Antam 24 karat untuk ukuran 1 gram berada di Rp1.197.000 per 9 April 2024 atau sehari menjelang perayaan Idulfitri 1445 Hijriah.
Posisi harga buyback emas Antam 24 karat ukuran 1 gram terpantau mengalami kenaikan 16,55% pada periode berjalan 2024 atau dari posisi 2 Januari 2024. Kala itu, pembelian kembali masih dibanderol Rp1.027.000 per 1 gram.
Sebagai pengingat, harga buyback emas batangan Antam LM mengikuti pergerakan harga dunia. Sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017, penjualan kembali emas batangan ke Antam dengan nominal lebih dari Rp10 juta, dikenakan PPh 22 sebesar 1,5 persen untuk pemegang NPWP dan 3 persen untuk non NPWP). Adapun, PPh 22 atas transaksi buyback dipotong langsung dari total nilai buyback.
Buyback emas merupakan transaksi menjual kembali emas, baik dalam bentuk logam mulia, logam batangan, maupun perhiasan. Biasanya, harga yang dibanderol lebih rendah dari harga jual saat itu.
Kendati demikian, buyback emas masih bisa mendatangkan keuntungan apabila terdapat selisih besar antara harga jual dan harga buyback.
Baca Juga
Dalam catatan Bisnis, harga Antam cetakan 1 gram terpantau dipatok di Rp1.129.000 pada 2 Januari 2024. Artinya, sudah terdapat keuntungan Rp68.000 apabila mengacu ke harga buyback per 9 April 2024.
Nicky Shiels, Head of metals strategy di Swiss gold refinery MKS PAMP, sebelumnya memprediksi harga emas berpotensi lanjut menanjak. Namun, persentase kenaikan harga emas tidak akan setinggi kakao.
Harga kakao meningkat lebih dari dua kali lipat sejak awal tahun 2024 karena buruknya panen di Pantai Gading dan Ghana.
Sementara itu, emas spot, pasar yang jauh lebih global dan likuid, mencapai rekor tertinggi dalam lima sesi perdagangan sebelumnya karena investor mencari eksposur terhadap logam yang digunakan untuk menjaga kekayaan.
“Hampir tidak ada kemungkinan emas dapat meniru kenaikan tersebut dalam jangka waktu tersebut,” ujarnya.