Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas harus meninggalkan rekor usai laporan data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari perkiraan konsensus.
Dilansir dari Reuters Kamis (11/4/2024), pergerakan harga emas di pasar spot turun 0,7% ke US$2.335,99 per ounce. Selanjutnya, harga emas berjangka AS terkoreksi 0,6% menuju US$2.384,4 per ounce.
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) naik 0,4% secara bulanan pada Maret 2024. Posisi itu berada di atas konsensus para analis yang memperkirakan kenaikan 0,3%.
“Lapangan kerja yang kuat dan peningkatan CPI mengganggu rencana penurunan suku bunga The Fed,” ujar Pedagang Logam Independen berbasis di New York Tai Wong dilansir dari Reuters, Kamis (11/4/2024).
Sebelumnya, laporan Bisnis menyebut harga emas emas telah memperpanjang rekornya pada Selasa (9/4/2024) yang dipicu oleh momentum pembelian dan adanya risiko geopolitik.
Setelah itu, fokus beralih pada risalah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve alias The Fed, untuk memperoleh informasi mengenai kapan penurunan suku bunga dilakukan.
Baca Juga
Harga emas di pasar spot telah naik 0,3% menjadi US$2.346,57 per troy ounce pada pukul 01.06 WIB, setelah mencapai all time high pada US$2.365,09.
“Momentum pembelian teknis akan terus berlanjut di pasar emas kecuali data CPI keluar lebih tinggi dari perkiraan. Laporan inflasi yang lebih dingin dapat membawa harga ke US$2.400,” jelas kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago, Phillip Streible dikutip pada Rabu (10/4/2024)
Berdasarkan data CME Group, pasar juga memproyeksi peluang penurunan suku bunga pada Juni 2024 sebesar 53%.
Walaupun Analis pasar di City Index, Fawad Razaqzada, memiliki pandangan jangka panjang yang optimis terhadap emas. Namun menimbang kondisi saat ini ia memperkirakan bahwa akan terjadinya pembalikan arah bearish, bahkan mungkin hanya sedikit.