Bisnis.com, JAKARTA - Bahana Sekuritas melihat segmen fintech PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) berpeluang menebal dengan kolaborasi bersama PT Bank Jago Tbk (ARTO) pada 2024.
Saat ini Goto Financial (GTF) atau PT Dompet Karya Anak Bangsa (DKAB) menggenggam 21,40% saham Bank Jago, sementara sisa saham ARTO dipegang PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (29,81%), Wealth Track Technology (11,69%), GIC Private Limited (9,08%), dan masyarakat (27,68%).
“ARTO adalah permata bagi GOTO. Performa yang menonjol tahun lalu ialah segmen fintech, yang pendapatan kotornya mencapai 109% dari perkiraan, sementara e-commerce hanya 95% dari estimasi kami, di tengah ketatnya persaingan segmen ini,” kata analis Bahana, Robert Sebastian dan Satria Sambijantoro, Senin (25/3/2024).
Bahana merekomendasikan beli untuk saham GOTO, dengan target harga Rp 90/saham, rating ini tidak berubah. Perhitungan ini memakai valuasi hitungan Sum-of-the-Parts (SOTP), menghitung seberapa nilai agregat lini bisnis GoTo.
Namun Bahana mewanti-wanti ada risiko saham GOTO yakni nilai GTV yang berpotensi lebih rendah dari perkiraan dan pengeluaran biaya yang lebih tinggi dari estimasi.
Tim riset mencatat telah terjadi penurunan belanja modal (opex) di bisnis fintech sebesar 17,6% pada kuartal IV/2023, dari kuartal III/2023 (quarter on quarter/QoQ) dan opex bisnis on-demand services (ODS) lewat Gojek juga turun 11,5% QoQ. “Kondisi ini berbeda dengan ‘bakar uang’ di lini bisnis ecommerce yang justru naik sebesar 2,3% QoQ,” tulis tim Bahana Sekuritas.
Baca Juga
Segmen fintech dan ODS mencatatkan pendapatan kotor lebih tinggi, masing-masing naik 34,4% dan 7,2% QoQ, meski GTF dan Gojek mampu menurunkan biaya.
Berdasarkan data laporan kinerja GOTO tahun lalu, perusahaan meraih pendapatan bruto segmen fintech sebesar Rp 1,88 triliun, naik 15% year on year (YoY) dari tahun sebelumnya Rp 1,64 triliun, dengan nilai transaksi kotor (gross transaction value/GTV) naik 5% menjadi Rp 380 triliun dari tahun sebelumnya Rp 360,45 triliun.
Secara kuartalan YoY, pendapatan bruto fintech naik 26% menjadi Rp 605 miliar di Q4-2023 dari Q4-2022 sebesar Rp 481 miliar, dengan GTV naik 5% menjadi Rp 103,22 triliun dari Rp 98,58 miliar di Q4-2022.
Manajemen GOTO juga melaporkan tahun lalu, jumlah pinjaman diberikan (outstanding loan) dari bisnis pinjaman konsumen GoTo, termasuk layanan buy now pay later (BNPL) dan pinjaman tunai, di kuartal IV/2023 naik 32% QoQ menjadi Rp 1,9 triliun.
Kualitas kredit juga tetap terjaga baik dengan tingkat pinjaman bermasalah (non performing loan/NPL) lebih dari 90 hari setelah jatuh tempo yakni di level 1,3%, persentase dari keseluruhan pembukuan pinjaman konsumen di Desember.
Selain itu, lebih dari 70% dari pembukuan pinjaman adalah penyaluran pinjaman (channeling) dari Bank Jago di Q4-2023, naik dari di bawah 60% di kuartal sebelumnya. “Kedua perusahaan [GTF dan Jago] akan terus berkolaborasi demi menggenjot pertumbuhan pinjaman dalam ekosistem GoTo di 2024,” tulis manajemen GOTO dalam siaran pers.
Di sisi lain, aplikasi GoPay, juga telah diunduh lebih dari 10 juta kali per akhir Desember 2023, sementara itu sejak Oktober tahun lalu, GoPay, bagian dari GTF, dan Bank Jago meluncurkan layanan GoPay Tabungan by Jago, rekening untuk transaksi sehari-hari yang bisa diakses via aplikasi GoPay atau Gojek.
Saham GOTO Masuk Bidikan Manajer Investasi
Kedua analis ini juga menyoroti adanya pembelian saham GOTO oleh manajer investasi sebagai underlying asset bagi reksa dana saham. Dari 50 data reksa dana yang dikumpulkan Bahana, 5 berisi saham GOTO di fund-factsheet teratas di Februari, turun dari 9 reksa dana di Januari 20234
“Semua manajer investasi itu menyebut bobot GOTO justru lebih dari 2% di fund-factsheet, ini menyiratkan sikap overweight [atas saham GOTO] dengan benchmark IHSG. Kami menduga, koreksi saham GOTO belakangan ini menyiratkan tekanan jual dari investor ritel, yang tak bisa dihindari karena rasio saham free-float mencapai 66%, tapi membuka potensi pembelian sahamnya [lagi],” tulis keduanya.
Bahana optimistis jika perseroan akan ‘membersihkan’ nilai goodwill Tokopedia sebesar Rp 78,7 triliun yang menekan rugi bersih GOTO di 2023, maka keuangan GOTO lebih bersih tahun ini dan kerugian bersih juga akan semakin berkurang.
Bahana percaya dekonsolidasi Tokopedia akan memicu GOTO lebih leluasa menggunakan uang kas. Apalagi rencana nilai pembelian kembali (buyback) saham GOTO yang dianggarkan Rp 3,1 triliun lebih kecil dari ‘bakar duit’ Tokopedia yang mencapai Rp 7 triliun, atau Rp 1,8 trilin per kuartal.
“Kami positif terhadap rencana buyback saham GoTo Rp 3,1 triliun, karena kas mereka tetap kuat Rp 25 triliun. Dekonsolidasi Tokopedia akan memberikan lebih banyak ruang bagi mereka memakai kasnya.”