Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adu Kinerja PTPP dan Adhi Karya (ADHI), Siapa BUMN Karya Lebih Unggul?

Dua emiten BUMN Karya, yakni PTPP dan ADHI telah merilis laporan kinerja keuangan sepanjang tahun lalu. Lantas, siapa yang lebih unggul?
Pekerja menggunakan alat berat beraktivitas di proyek infrastruktur milik salah satu BUMN Karya di Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menggunakan alat berat beraktivitas di proyek infrastruktur milik salah satu BUMN Karya di Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Dua emiten BUMN konstruksi, PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) telah merilis kinerja laporan keuangan sepanjang 2023. Hasilnya, PTPP meraup laba bersih lebih tinggi dibandingkan ADHI. 

Berdasarkan laporan keuangan tahun 2023, PTPP membukukan pendapatan sebesar Rp19,99 atau meningkat 5,67% YoY dibandingkan dengan tahun 2022 yang mencapai Rp18,92 triliun.   

Seiring kenaikan pendapatan, beban pokok pendapatan PTPP juga membengkak 8,41% year-on-year (YoY) menjadi Rp17,61 triliun. Alhasil, perseroan mengakumulasikan laba kotor sebesar Rp2,38 triliun atau menurun sebesar 10,98% YoY.

Meski demikian, setelah dikurangi berbagai macam beban yang dapat diefisiensikan, laba bersih PTPP yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp481,36 atau melonjak 77,17% dibandingkan periode 2022 yang sebesar Rp271,69 miliar. 

Di sisi lain, PTPP diketahui memperoleh raihan kontrak baru sebesar Rp31,67 triliun hingga akhir Desember 2023. Capaian tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,54% jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yakni Rp31,19 triliun.

Berdasarkan jenis pekerjaannya, perolehan kontrak baru tertinggi diperoleh dari sektor jalan dan jembatan sebesar 34,64%, gedung sebesar 31,71%, dan perkeretaapian sebesar 11,22%.

Selain itu, bandara mencapai 7,21%, pelabuhan 4,81%, bendungan 4,44%, industri sebesar 3,44%, irigasi mencapai 1,25%, power plant sebesar 0,65% dan minyak & gas sebesar 0,63%.

Dalam perkembangan lain, PTPP berencana melanjutkan divestasi aset dengan target mencapai Rp3 triliun pada 2024. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan target 2023 yang dipatok Rp1,4 triliun.

Direktur Utama PTPP Novel Arsyad mengatakan bahwa berdasarkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP), perseroan menargetkan nilai divestasi sebesar Rp3 triliun pada tahun ini.

“Target divestasi kami kalau di RKAP sebesar itu [Rp3 triliun],” ujar Novel saat ditemui di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, baru-baru ini.

Dia pun berharap divestasi tersebut dapat memberikan kontribusi positif terhadap laba bersih perseroan. Pada 2024, PTPP menargetkan pertumbuhan laba bersih hingga 10% dibandingkan dengan realisasi tahun lalu yang mencapai Rp481,36 miliar.

KINERJA ADHI KARYA

Di sisi lain, Adhi Karya mencatatkan kinerja impresif dengan memperoleh pendapatan sebesar Rp20 triliun pada 2023. Pada saat yang sama, kinerja laba bersih perseroan ikut melompat.

Berdasarkan laporan keuangan per akhir Desember 2023, ADHI membukukan pendapatan usaha sebesar Rp20,07 triliun. Jika dibandingkan dengan pendapatan 2022, perolehan tersebut mengalami kenaikan 48,15% year-on-year (YoY).

Capaian pendapatan ADHI ditopang oleh segmen teknik dan konstruksi yang mencapai Rp16,87 triliun, naik dari tahun sebelumnya yakni Rp10,81 triliun. Adapun segmen manufaktur menyumbang Rp1,62 triliun, sementara properti dan pelayanan sebesar Rp816,85 miliar.

Sementara itu, beban pokok pendapatan ADHI ikut meningkat 51,03% YoY menjadi Rp17,75 triliun pada 2023. Alhasil, perseroan mencatatkan laba kotor sebesar Rp2,32 triliun atau masih tumbuh sebesar 29,32% dibandingkan dengan 2022.

Setelah diakumulasikan dengan pendapatan dan beban lainnya, ADHI mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp214,01 miliar atau melesat 163,43% YoY. Laba per saham juga ikut naik dari Rp18,59 menjadi Rp25,46.

Sepanjang tahun lalu, ADHI mencatatkan total aset sebesar Rp40,49 triliun atau meningkat sebesar 1,26% YoY. Adapun liabilitas tumbuh 0,35% YoY menjadi Rp31,27 triliun, sementara ekuitas mencapai Rp9,21 triliun atau meningkat 4,48% secara tahunan.

Di sisi lain, arus kas setara kas pada akhir periode Desember 2023 tercatat mencapai Rp4,5 triliun atau tumbuh sebesar 4,48% YoY dari posisi sebelumnya yakni Rp4,33 triliun.

Dari sisi operasional, ADHI membukukan nilai kontrak baru sebesar Rp37,4 triliun pada 2023, atau naik 58% YoY. Raihan ini pun melampaui target yang telah ditetapkan perusahaan.

Sekretaris Perusahaan ADHI Farid Budiyanto menyampaikan bahwa perseroan menargetkan nilai kontrak baru pada 2023 tumbuh di kisaran 15% – 20% dibandingkan dengan 2022 yang mencatatkan realisasi kontrak baru senilai Rp23,7 triliun.

“Perolehan kontrak baru ADHI didominasi oleh lini bisnis engineering & construction sebesar 93%, sedangkan lini manufaktur sebesar 3%, serta sisanya dari lini bisnis property & hospitality dan investasi,” ujarnya pada awal 2024.

Farid menjelaskan tambahan kontrak baru ADHI pada Desember 2023 bersumber dari pekerjaan Jalan Tol Serang – Panimbang Seksi III di Banten, dan pekerjaan pembangunan Gedung Data Center Bank Indonesia (BI) di Karawang, Jawa Barat.

Selain itu, perseroan juga meraih proyek di IKN meliputi Jalan Tol IKN Seksi 3A-2 Segmen Karang Joang – Kariangau, Rumah Sakit IKN dan Jaringan Pipa Limbah di kawasan IKN, serta pekerjaan pembangunan RS Mandaya Royal Jakarta melalui anak usaha.

----------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper