Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arah Saham jelang Rapat The Fed

Indeks harga saham gabungan (IHSG) terpapar sentimen kebijakan suku bunga acuan, terutama dari Bank Indonesia dan The Fed.
Hafiyyan,Rizqi Rajendra
Hafiyyan & Rizqi Rajendra - Bisnis.com
Selasa, 19 Maret 2024 | 07:47
Indeks harga saham gabungan (IHSG) terpapar sentimen kebijakan suku bunga acuan, terutama dari Bank Indonesia dan The Fed. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Indeks harga saham gabungan (IHSG) terpapar sentimen kebijakan suku bunga acuan, terutama dari Bank Indonesia dan The Fed. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan pasar saham yang ditunjukkan indeks harga saham gabungan (IHSG) berpotensi terpapar sentimen kebijakan suku bunga acuan, terutama dari Bank Indonesia dan The Fed.

Sebagai informasi, BI akan melakukan rapat dewan gubernur pada 19-20 Maret 2024. Aksi bank sentral serupa juga terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Bank Sentral Amerika Serikat, yakni The Fed yang menggelar pertemuan pekan ini.

Jika melihat probabilitas potensi perubahan  suku bunga acuan The Fed dari indikator Fed Fund Futures, terlihat bahwa pada FOMC Meeting periode Maret dan Mei 2024, pasar mengekspektasikan suku bunga acuan tetap akan dipertahankan di level 5,25% hingga 5,50%. 

Kemudian untuk FOMC Meeting periode Juni 2024 baru ada potensi penurunan sebesar 25bps ke level 5% hingga 5,25% dengan probabilitas penurunan sebesar 55,2%.

Dari pasar global, Wall Street atau Bursa Amerika Serikat kompak naik pada perdagangan awal pekan, Senin (18/3/2024), seiring dengan lonjakan saham emiten teknologi.

Semua perhatian kini tertuju pada pertemuan The Fed pada bulan Maret yang dimulai pada hari Selasa (19/3/2024), mengamati apakah para pengambil kebijakan masih memperkirakan akan menurunkan suku bunga The Fed bunga tiga kali pada tahun 2024.

"Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada level tertinggi dalam 23 tahun dalam keputusannya pada hari Rabu," mengutip laporan Bloomberg.

Arah Saham jelang Rapat The Fed

Dari dalam negeri, IHSG terkoreksi 0,35% atau 25,60 poin ke 7.302,44 pada perdagangan Senin (18/3/2024). Sepanjang hari, IHSG dibuka di posisi 7.328,044 dan sempat mencapai level tertingginya yakni 7.358,55.

CEO Yugen Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menyampaikan pergerakan IHSG saat ini terlihat masih betah berada dalam rentang konsolidasi wajarnya. Rilis data perekonomian tentang tingkat suku bunga acuan akan turut mewarnai pergerakan IHSG.

"Namun, pergerakan nilai tukar rupiah yang masih cukup fluktuatif turut memberikan sentimen terhadap pola gerak IHSG. Masih tercatatnya capital inflow sepanjang 2024 turut menopang pola gerak IHSG hingga saat ini," paparnya dalam publikasi riset.

William memprediksi hari ini IHSG bergerak di rentang 7.272-7.357. Rekomendasi saham pilihannya ialah AALI, UNVR, GGRM, BBRI, JSMR, AKRA, SMRA, LSIP.

Semenara itu, pergerakan IHSG juga akan dibayangi sentimen rilis data ekonomi global dan regional pada perdagangan Selasa (19/3/2024). 

Dari sisi global, Tim Riset Phintraco Sekuritas menyebutkan kondisi pasar saat ini sedang mengamati data ekonomi yang akan dirilis. Eropa, misalnya, menanti rilis ZEW Economic Sentiment Index untuk Maret, yang bulan sebelumnya berada di level 24.00.

“Di sisi lain, pada Jerman, juga akan merilis data ZEW Economic Sentiment Index untuk bulan Maret. Konsensus memproyeksikan kenaikan tipis menjadi 20.10,” tulis riset Phintraco yang dipublikasikan pada Senin (18/3/2024).

Sentimen juga datang dari Amerika Serikat (AS) terkait data building permits pada Februari 2024 yang diproyeksikan tumbuh mencapai US$1,5 juta. Angka ini naik dari sebelumnya sebesar US$1,49 juta, menandai potensi pemulihan aktivitas pembangunan di AS.

Dari sisi regional, pasar menantikan rilis data suku bunga Jepang yang diperkirakan membaik menjadi 0,00% dari sebelumnya sebesar -0,10%. Hal ini didorong pertumbuhan GDP annualized kuartal IV/2023 Jepang yang mencapai 0,40% dari kuartal sebelumnya, -3,20%.

“Peningkatan ini memberikan sinyal yang positif serta menunjukkan potensi pemulihan setelah periode kontraksi ekonomi yang signifikan,” papar Phintraco Sekuritas.

Arah Saham jelang Rapat The Fed

Seiring hal tersebut, Phintraco memproyeksikan pergerakan IHSG akan menguji support 7.275 pada Selasa (19/3/2024). Secara teknikal, Stochastic RSI turun dari area overbought menuju area pivot, dan terjadi deathcross pada MACD diiringi dengan negative slope yang melebar.

Untuk perdagangan hari ini, Tim Riset Phintraco Sekuritas menyarankan investor untuk mencermati saham INKP, UNVR, MYOR, ERAA, EXCL dan BFIN.

Tim riset Infovesta mengatakan, IHSG selama sepekan kemarin periode 13-15 Maret 2024 bergerak bearish sebesar -0,73% ke level 7.328,05. Pemberat laju indeks disebabkan oleh sektor keuangan turun -1,69% dan sektor energi turun -0,81%. 

Adapun, sentimen dari Amerika Serikat yaitu defisit anggaran pemerintah AS meningkat menjadi -US$296 miliar pada Februari 2024 atau melebar 13% year-on-year (yoy). 

Defisit anggaran pemerintah yang melebar disebabkan oleh level suku bunga The Fed ditahan cukup lama dalam level yang tinggi, sehingga memperbesar pembayaran bunga utang The Fed. Pelebaran defisit anggaran pemerintah AS mendorong tingkat ketidakpastian pasar.

Sementara itu, sentimen dari domestik, rilis survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun ke level 123,1  poin pada Februari 2024 dibandingkan 125 poin pada Januari 2024. Meskipun demikian, IKK tetap tergolong optimis didorong oleh keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi terhadap ekonomi ke depan.

Arah Saham jelang Rapat The Fed

Rilis data neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar US$0,87 miliar, meskipun mengalami penurunan surplus dibandingkan periode bulan sebelumnya sebesar US$2,32 miliar. Penurunan tingkat surplus diakibatkan oleh laju impor yang lebih cepat dari nilai ekspor. 

Sentimen dari domestik cukup minim, namun sentimen kuat datang dari AS terutama rilis inflasi AS yang meningkat ke 3,2% yoy pada Februari 2024 dibandingkan 3,1% yoy pada Januari 2024. 

"Laju inflasi yang cukup lambat untuk turun, mengonfirmasi The Fed masih belum cukup untuk memangkas suku bunga FFR dalam waktu dekat hingga level inflasi menyentuh di level 2%," katanya.

Dalam sepekan ke depan, pada pasar saham, investor diharapkan dapat memilih saham yang berpotensi membagikan dividen yang menarik.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper