Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas global kembali melemah pada perdagangan Senin siang, (18/3/2024) diakibatkan aksi ambil untung oleh investor. Sejumlah saham emiten emas juga terdampak dengan parkir di zona merah pada sesi I perdagangan hari ini.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 12.40 WIB, harga kedua jenis emas kompak melemah. Emas spot terpantau turun 0,42% ke posisi US$2.146 per troy ounce sementara emas berjangka comex tergerus hingga 0,51% ke level US$2.150 per troy ounce.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan koreksi yang terjadi pada emas adalah suatu kewajaran saat investor memanfaatkan momen untuk profit taking. Meski melemah dalam jangka pendek, emas akan tetap berpotensi menguat dalam jangka menengah dan panjang.
“Tetapi kemarin terkoreksi karena harga emas itu sudah terlalu tinggi. Pada saat harga emas sudah terlalu tinggi, kemudian ada release data ya tentang inflasi. Para spekulator melakukan taking profit,” kata Ibrahim kepada Bisnis, Senin (18/3/2024).
Lebih lanjut, Ibrahim menerangkan data inflasi dari Amerika yang tidak sesuai dengan ekspektasi membuat para spekulator melakukan aksi ambil untung. Angka inflasi inti yang naik membuat kekhawatiran bahwa The Fed tidak akan menurunkan suku bunga di Juni mendatang.
“Tapi [inflasi] ini kan bulanan,” jelasnya.
Baca Juga
Ibrahim juga menjelaskan investor telah berekspektasi bahwa The Fed akan kembali mempertahankan suku bunga pada pertemuan pekan ini. Sehingga spekulasi ini memberikan koreksi kecil ke harga emas. Ibrahim memproyeksikan The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 110 basis poin atau sekitar 1,1%. Sementara Bank Indonesia akan turun hingga 150 bps atau 1,5%.
Meski demikian, kondisi konflik Israel dan Palestina saat ini setelah serangan 16 orang yang di bom saat sahur akan menyulut kenaikan harga emas kembali. Sehingga secara jangka panjang, Ibrahim masih mempertahankan kemungkinan harga emas ke posisi US$2.200 per troy ounce.
“Nanti setelah Bank Sentral mengumumkan mempertahankan suku bunga, setelah itu, harga emas dunia akan kembali lagi mengalami penguatan,” kata dia.
Harga emas yang melemah saat ini memiliki support di level US$2,123 per troy ounce dan US$2.142 per troy ounce.
Gerak Saham Emiten Emas
Sejumlah emiten emas bergerak beragam pada penutupan perdagangan sesi I hari ini seiring dengan melemahnya harga emas spot. Dari delapan emiten emas yang dirangkum Bisnis, sebanyak empat emiten parkir di zona hijau, 3 saham turun dan hanya satu saham yang stagnan.
Saham yang naik adalah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT United Tractors Tbk. (UNTR) PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI), dan PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN). ANTM mengalami kenaikan paling besar yaitu 1,24% ke level Rp1.635 per saham.
Kemudian saham UNTR berada di level Rp24.425 per saham atau naik 1,03% dan saham ARCI yang berada di posisi Rp348 atau naik 0,58%. Kemudian saham AMMN yang naik tipis 0,29% ke level Rp8.750 per saham.
Saham yang stagnan adalah HRTA dengan parkir di level Rp382 per saham. Padahal HRTA berada di level Rp392 per saham setelah dibuka di level Rp380 per saham.
Kemudian saham yang melemah adalah saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB), dan PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) yang melemah masing masing sebesar 1,31%, 1,05% dan 0,65%.
Saham MDKA berada di level Rp2.260 per saham, PSAB berada di posisi Rp189 per saham dan BRMS di level Rp152 per saham.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.