Bisnis.com, JAKARTA - Instrumen investasi mulai dari saham, emas, hingga bitcoin kompak mengalami peningkatan harga dalam beberapa waktu ini. Lalu, investasi mana yang sebaiknya dipilih jika semua instrumen investasi mengalami kenaikan?
Head OLT III Jakarta Mandiri Sekuritas Ahmad Rasyid Abidin mengatakan saat ini investor saham tengah mengalihkan portofolionya ke instrumen kripto. Akan tetapi, lanjutnya, apabila investor berpikir investasi untuk jangka panjang, maka investor tersebut seharusnya tidak ikut melakukan switching.
"Karena nanti akan terjadi bubble, mereka akan switch lagi ke aset yang undervalue," kata Rasyid ditemui usai acara Kamis Santuy di Wisma Bisnis Indonesia, Kamis (14/3/2024).
Rasyid menuturkan, saat ini saham dan obligasi merupakan aset yang undervalue, meskipun IHSG mengalami peningkatan secara all time high (ATH) beberapa waktu ini.
Dia melihat ATH hanya terjadi ke beberapa emiten tertentu seperti perbankan dan beberapa emiten yang menduduki posisi kapitalisasi pasar terbesar.
"Artinya ini tidak mencerminkan kondisi sebenarnya. Jadi kita bisa lebih selektif memilih perusahaan yang secara valuasi undervalue, itu justru yang potensi naiknya besar," tutur Rasyid.
Baca Juga
Adapun, untuk prospek saham tahun ini, Rasyid melihat masih cukup sulit untuk bergerak bullish karena banyak isu terkait momen Pilpres 2024, Pemilu AS di akhir tahun, pasar kripto yang bullish, dan potensi pertumbuhan ekonomi yang masih transisi.
"Jadi nanti IHSG kita naik tapi enggak terlalu naik. Bahkan nanti akan diselingi oleh koreksi dulu sebelum akhirnya naik lagi," ucapnya.
Rasyid juga menyarankan investor untuk melakukan diversifikasi ke instrumen lain yang tengah bullish tahun ini seperti emas, atau kripto. Dari instrumen tersebut, investor bisa mengubah investasinya ke saham atau obligasi.
"Switching ke obligasi bisa sebelum semester II/2024 karena Fed kemungkinan menurunkan suku bunga di semester II/2024," kata dia.
Sementara itu, Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto menuturkan investor saat ini bisa konsentrasi dan fokus ke tujuan investasinya.
"Saat aset naik, harus punya target kenaikan jadi bisa ambil profit ketika harga naik. Misal target 5%, baru ambil profit, kalau di bawah itu ditahan saja," ujar Eko.
Eko juga mengingatkan investor untuk memperhatikan profil risiko dari masing-masing aset saat ini. Menurutnya, saat ini risiko Bitcoin pasti lebih tinggi dari saham.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.