Bisnis.com. JAKARTA -- Global Property Research (GPR) mengumumkan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel masuk dalam GPR Pure Infrastructure Index.
Berdasarkan data Bloomberg, Mitratel akan mulai efektif masuk dalam GPR Pure Infrastructure Index pada 18 Maret 2024. Sebagai informasi, indeks itu terdiri dari 90 perusahaan yang mewakili kapitalisasi pasar sebesar US$700 miliar atau setara Rp11.019 triliun dengan kurs Rp15.742.
Lembaga Finansial GPR menyaring perusahaan yang memperoleh lebih dari 50% pendapatan yang berasal dari barang, energi, dan informasi dengan memiliki atau mengoperasikan aset nyata. Perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar free float lebih dari US$ 100 juta berhak untuk dimasukkan. Seri indeks ini meliputi berbagai wilayah hingga 1.346 negara, sektor logistik, energi, transportasi dan komunikasi.
Adapun selama 2023, GPR Pure Infrastructure Index telah tumbuh 7,7% serta digunakan oleh lembaga finansial seperti BNP Paribas dan Aviva Investors sebagai acuan.
Mulai 18 Maret 2024, Mitratel akan bersanding dengan American Tower Corp yang memiliki kapitalisasi pasar US$94 miliar, Crown Castle Inc. US$48 miliar, dan National Grid plc US$38,5 miliar. Secara kontinen dari 90 emiten yang terdaftar mayoritas berasal dari Amerika 68,9%, Asia 2,7%, Eropa 21,8% dan Oceania 6,5%.
Sebelumnya, Mitratel tercatat berhasil masuk ke dalam Indeks LQ45 pada periode evaluasi awal tahun ini. Analis memandang kinerja Mitratel masih dapat tumbuh hingga high single digit di tahun ini.
Baca Juga
Sebagai informasi, Global Property Research (GPR) adalah lembaga yang menyediakan layanan untuk lembaga keuangan terkemuka seperti BNP Paribas atau UniCredit Bank AG. Perusahaan berlokasi di Belanda ini telah berdiri sejak 1995 di Belanda. Semua produk indeks yang diterbitkan menggunakan database kepemilikan yang luas dan unik khusus perusahaan properti dan infrastruktur berskala dunia yang telah menjadi perusahaan publik.
GPR juga kerap membuat indeks khusus yang dibuat berdasarkan spesifikasi dan keinginan tertentu dari klien.
Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Christopher Rusli menjelaskan saham MTEL memang diekspektasikan akan masuk ke dalam indeks saham paling likuid ini, karena kinerjanya dibandingkan semua perusahaan menara paling menjanjikan. Menurutnya, valuasi MTEL relatif lebih murah dibandingkan dengan peers-nya atau perusahaan sejenis.
"MTEL juga secara aktif mengakuisisi menara ya dan bisa dibilang paling agresif dibandingkan dengan TOWR dan TBIG," kata Christopher.
Dia berharap hal tersebut dapat menjadi katalis bagi kinerja Mitratel yang lebih baik lagi di tahun 2024.
Christopher melanjutkan sejauh ini, sentimen untuk perusahaan menara akan datang dari sisi pertumbuhan digital. Menurutnya, angka penetrasi internet di Indonesia di tahun 2023 mencapai 77% dan diekspektasikan akan terus meningkat dengan adanya pertumbuhan pengguna internet di kota-kota tier 2 dan seterusnya.
Dengan adanya peningkatan ini, lanjut Christopher, kebutuhan infrastruktur untuk menopang pertumbuhan tersebut dibutuhkan oleh operator seluler seperti TLKM, EXCL, dan ISAT yang membutuhkan jangkauan area lebih luas.
"Jadi secara otomatis, permintaan untuk menara juga bisa diekspektasikan akan meningkat. Nah menurut kami yang akan diuntungkan adalah perusahaan menara yang secara aktif bertumbuh seperti MTEL," ucapnya.
Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan keberhasilan Mitratel masuk ke Indeks LQ45 ini mencerminkan kapitalisasi pasar yang besar dengan likuiditas saham yang cukup tinggi, serta fundamental MTEL yang kuat.
"Harapan kami tentunya saham Mitratel akan semakin menarik lagi bagi para investor ke depannya, dan dapat memberikan value yang terbaik bagi seluruh stakeholders," kata Hendra.
--------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.