Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel masih di bawah target konsesus sekalipun sederet strategi dan kinerja fundamental telah menarik banyak investor kelas kakap.
Pada Selasa, (7/2/2024), saham MTEL ditutup stagnan pada level Rp670 per unit. Investor terpantau mentransaksikan saham MTEL sebanyak 1.908 kali yang meliputi 17,7 juta saham. Adapun perkiraan nilai transaksi itu diperkirakan mencapai Rp11,8 miliar.
Sejumlah investor kelas kakap terpantau terus melakukan akumulasi saham infrastruktur telekomunikasi tersebut.
Berdasarkan data Bloomberg, Blackrock dilaporkan mengoleksi 44,13 juta saham Mitratel pada akhir bulan lalu. Dengan demikian lembaga keuangan itu telah memiliki 75,97 juta saham atau setara dengan 0,09%.
Tidak mau ketinggalan, perusahaan asuransi global Manulife ikut membeli saham MTEL sebanyak 17,6 juta saham. Dengan begitu Manulife Financial Corp menggenggam 21,9 juta saham yang setara dengan 0,03%.
Langkah serupa ikut diterapkan oleh Dimensional Advisory Fund dengan membeli 9,63 juta saham. Lembaga keuangan asal USA itu kini memiliki 27,98 juta saham yang setara dengan 0,03% kepemilikan atas saham Mitratel.
Baca Juga
Salah satu alasan para Manajer Investasi melakukan akumulasi beli adalah sentimen masuknya Mitratel ke dalam indeks LQ45.
Analis Mirae Asset Sekuritas Christopher Rusli menjelaskan saham MTEL memang diekspektasikan akan masuk ke dalam indeks saham paling likuid ini, karena kinerjanya paling menjanjikan dibandingkan semua perusahaan menara. Menurutnya, MTEL lebih menarik dibandingkan dengan peers-nya atau perusahaan sejenis.
"MTEL juga secara aktif mengakuisisi menara ya dan bisa dibilang paling agresif dibandingkan dengan TOWR dan TBIG," kata Christopher. Dia berharap hal tersebut dapat menjadi katalis bagi kinerja Mitratel yang lebih baik lagi di tahun 2024.
Christopher melanjutkan sejauh ini, sentimen untuk perusahaan menara akan datang dari sisi pertumbuhan digital. Menurutnya, angka penetrasi internet di Indonesia di tahun 2023 mencapai 77% dan diekspektasikan akan terus meningkat dengan adanya pertumbuhan pengguna internet di kota-kota tier 2 dan seterusnya.
Dengan adanya peningkatan ini, lanjut Christopher, kebutuhan infrastruktur untuk menopang pertumbuhan tersebut dibutuhkan oleh operator seluler seperti TLKM, EXCL, dan ISAT yang membutuhkan jangkauan area lebih luas.
Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan keberhasilan Mitratel masuk ke Indeks LQ45 ini mencerminkan kapitalisasi pasar yang besar dengan likuiditas saham yang cukup tinggi, serta fundamental MTEL yang kuat.
"Harapan kami tentunya saham Mitratel akan semakin menarik lagi bagi para investor ke depannya, dan dapat memberikan value yang terbaik bagi seluruh stakeholders," kata Hendra kepada Bisnis Selasa (30/1/2024).
Hendra melanjutkan, MTEL akan terus mempertahankan reputasi positif di mata investor, dengan kinerja operasional dan keuangan tetap menjadi fokus utama, sesuai atau bahkan melebihi ekspektasi pasar.
Pada 2024, dia melanjutkan, Mitratel akan berfokus pada pengembangan bisnis penyewaan menara dan ekosistemnya. Hal ini sejalan dalam upaya meningkatkan kapabilitas MTEL untuk menyukseskan digitalisasi di Indonesia.
Hendra menuturkan, dengan kepemilikan menara terbesar di Asia Tenggara, Mitratel akan fokus pada monetisasi melalui pertumbuhan kolokasi serta tetap memperluas coverage untuk memenuhi permintaan menara built-to-suit.
"Di samping itu Mitratel akan terus memperkuat lini bisnis Tower Fiberization, seiring kebutuhan operator selular," ucapnya.
Sementara itu, mayoritas konsesus Bloomberg sepakat merekomendasikan beli bagi saham MTEL. Berikut ini adalah rekomendasi dari tiap broker akan target saham Mitratel pada 2024.
Konsesus Target Harga Saham Mitratel
Kode |
MTEL |
Tanggal |
2/6/2024 |
Beli |
96.0% |
Consensus Rating |
4.88 |
Tahan |
4.0% |
Total Rekomendasi Beli |
24 |
Jual |
0.0% |
Total Rekomendasi Tahan |
1 |
Harga Terakhir |
670.00 |
Total Rekomendasi Jual |
0 |
Mata Uang |
IDR |
Best Target Price |
897.33 |
Return Potential |
33.9% |
|
|
LTM Return |
3.94% |
|
|
Sekuritas |
Analis |
Recommendasi |
Harga |
Macquarie |
Indra Cahya |
outperform |
800 |
Mandiri Sekuritas |
Henry Tedja |
Beli |
1000 |
PT. Sinarmas Sekuritas |
Arief Machrus |
Beli |
845 |
Citi |
Arthur Pineda |
Beli |
905 |
PT Indo Premier Securities |
Giovanni Dustin |
Beli |
870 |
HSBC |
Piyush Choudhary |
Beli |
820 |
BCA Sekuritas |
Selvi Ocktaviani |
Beli |
875 |
JP Morgan |
Ranjan Sharma |
overweight |
960 |
PT BRI DANAREKSA SEKURITAS |
Niko Margaronis |
Beli |
960 |
Sadif Investment Analytics |
Team Coverage |
Beli |
821.49 |
Maybank Investment Banking Group |
Etta Putra |
Beli |
950 |
Mirae Asset Securities |
Christopher Rusli |
Beli |
940 |
New Street Research LLP |
Chris Hoare |
Beli |
1135 |
ISS-EVA |
ISS Eva Equity Research Team |
underweight |
|
Sucorinvest Central Gani |
Christofer Kojongian |
Beli |
840 |
PT NH Korindo Securities Indonesia |
Leonardo Lijuwardi |
Beli |
860 |
UOB KayHian (Equity) |
Paula Ruth |
not rated |
|
Samuel Sekuritas Indonesia |
Yosua Zisokhi |
Beli |
875 |
Henan Putihrai |
Steven Gunawan |
Beli |
860 |
Yuanta Investment Consulting |
Chandra Pasaribu |
Beli |
860 |
Morgan Stanley |
Dawei Lee |
Overweight |
800 |
PT Verdhana Sekuritas Indonesia |
Nicholas Santoso |
Beli |
950 |
OCBC Sekuritas |
Kevin Panjaitan |
Beli |
820 |
MNC Securities |
Andrew Susilo |
Beli |
850 |
Trimegah Securities |
Sabrina Sabrina |
Beli |
940 |
CGS-CIMB |
Willy Suwanto |
Beli |
800 |
Bahana Securities |
Jason Chandra |
Beli |
870 |
Sumber: Konsesus Analis Bloomberg
------------------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.