Bisnis.com, JAKARTA - Emiten Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) pendapatan tumbuh menjadi hingga US$3,6 miliar atau setara Rp56,60 triliun (kurs jisdor Rp15.723) sepanjang 2024 dengan rata-rata penjualan sebesar US$60-65 per metrik ton.
Manajemen Bayan Resources menjelaskan pihaknya menargetkan pendapatan sepanjang 2024 sebesar US$3,3 miliar hingga US$3,6 miliar atau sebesar Rp56,60 triliun sepanjang 2024. Target tersebut lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan pendapatan sepanjang 2023 yang tercatat sebesar US$3,58 miliar.
Sementara itu, untuk volume produksi batu bara, BYAN menargetkan sebesar 55 juta hingga 57 juta metrik ton. Target ini lebih tinggi dibandingkan dengan produksi sepanjang 2023 yang berada di posisi 49,7 juta metrik ton.
Target yang sama juga berlaku untuk volume penjualan batu bara sepanjang 2024 yaitu sebesar 55 juta hingga 57 juta metrik ton. Target itu lebih tinggi dari volume penjualan batu bara sepanjang 2023 sebesar 47,2 juta ton.
Adapun ASP yang dibidik adalah sebesar US$60 hingga US$65 per metrik ton. ASP ini lebih rendah dibandingkan dengan ASP sepanjang 2023 yaitu sebesar US$75,8 per metrik ton.
Guna dapat mencapai target tersebut, BYAN menganggarkan belanja modal atau capex sebesar US$230 juta hingga US$260 juta atau sekitar Rp3,61 triliun hingga Rp4,06 triliun.
Baca Juga
Seperti yang diketahui, BYAN mencatat pendapatan sebesar US$3,58 miliar atau sekitar Rp55,29 triliun (kurs jisdor 29 Desember 2023 Rp15.439). Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 23,85% dibandingkan dengan pendapatan pada tahun 2022 yang mencapai US$4,70 miliar.
Meskipun pendapatan menurun, beban pokok pendapatan justru mengalami peningkatan menjadi US$1,91 miliar atau sekitar Rp29,59 triliun, naik 24,20% dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai US$1,54 miliar. Selain itu, beban umum mencapai US$85,49 juta dan beban keuangan sebesar US$6,63 juta.
Dengan demikian, laba kotor BYAN mengalami penurunan drastis hingga 47,33% menjadi US$1,66 miliar atau sekitar Rp25,69 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$3,16 miliar.
Sementara itu, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar US$1,23 miliar atau sekitar Rp19,12 triliun. Laba tersebut mengalami penurunan sebesar 43,14% dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya yang mencapai US$2,17 miliar.
---------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.