Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (28/2): Batu Bara dan CPO Hijau, Nikel Variatif

Harga batu bara dan harga CPO pada hari ini, Rabu (28/2) telah menguat. Sedangkan harga nikel bervariatif.
Menara pendingin dan cerobong asap PLTU batu bara di Mpumalanga, Afrika Selatan yang dipotret pada Jumat (5/5/2023). Bloomberg/Waldo Swiegers
Menara pendingin dan cerobong asap PLTU batu bara di Mpumalanga, Afrika Selatan yang dipotret pada Jumat (5/5/2023). Bloomberg/Waldo Swiegers

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara menguat di tengah impor India yang diperkirakan menurun. Harga nikel juga variatif dan diketahui berada dalam tekanan. Sedangkan harga CPO masih menghijau.

Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip Selasa (27/2/2024), harga batu bara berjangka kontrak Maret 2024 di ICE Newcastle pada perdagangan Selasa (27/2) mencatatkan penguatan sebesar 1,14% atau 1,45 poin ke level 129,20 per metrik ton.

Kemudian, kontrak pengiriman untuk April 2024 juga menguat sebesar 1,32% atau 1,70 poin ke level 130,20 per metrik ton.

Mengutip Reuters, pejabat industri India pada Selasa (27/2) mengatakan bahwa impor batu bara termal diperkirakan turun untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19. Hal ini dikarenakan meningkatnya produksi dalam negeri dan rekor persediaan yang tinggi. 

Melonjaknya produksi dan pasokan dari perusahaan tambang terbesar di dunia yakni Coal India, telah mendorong stok di pembangkit-pembangkit listrik ke tekor tertinggi, yakni lebih dari 43 juta metrik ton. 

Kemudian, kepala pengadaan batubara di produsen listrik SEIL Energy India. Pawan Kumar mengatakan bahwa ia memperkirakan impor batu bara termal turun lebih dari 3% menjadi 170 juta ton. Kepala riset di Noble Resources, Rodrigo Echeverri, memperkirakan penurunan hampir 6%.

Wakil presiden perdagangan internasional di Agarwal Coal, Rajat Handra mengatakan bahwa produksi dalam negeri telah meningkat dan batu bara mudah didapat dengan harga pasar.

"Tahun ini, impor tidak akan lebih tinggi dari 160 juta ton," jelas Handra, dan menambahkan bahwa banyak pengguna yang sebelumnya mengimpor bahan bakar beralih ke batu bara yang ditambang di dalam negeri.

Harga Nikel

Kemudian, berdasarkan harga dari London Metal Exchange (LME) pada Selasa  (27/2) harga nikel untuk kontrak tiga bulan menguat 2,19% ke level US$17.545. 

Mengutip Reuters,  kontrak nikel bulan Maret yang paling banyak diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange (SHFE) SNIcv1 turun 1% menjadi 133,150 yuan per ton.

Harga nikel pada Selasa (27/2) berada di bawah tekanan karena kekhawatiran pasokan yang akan berkurang dan melemahnya dolar AS memberikan dukungan.

Diketahui bahwa pejabat di Kementerian Indonesia mengatakan bahwa pihaknya kini sedang berupaya mengatasi penundaan dalam proses kuota penembangan. Dari pihak kementerian, persetujuan kuota penambangan 145 juta ton bijih nikel dan 14 juta ton bauksit telah dikeluarkan.

Para analis berpendapat bahwa lambatnya soal kuota penambangan di Indonesia mengakibatkan pasokan bijih yang berkurang dan menaikkan biaya produksi smelter. 

Terdapat juga spekulasi pada minggu lalu bahwa Amerika Serikat (AS) akan menerapkan sanksi baru pada logam rusia. Namun, paket sanksi AS yang diberikan pada Rusia pada Jumat (23/2) tidak mencakup logam.

Selain itu, lemahnya permintaan musiman dari sektor baja tahan karat juga membebani harga. Lantaran sektor tersebut merupakan konsumen utama nikel. 

Dolar juga diperdagangkan melemah pada Selasa (27/2). Dolar yang lemah membuat komoditas yang dihargakan dalam bentuk dolar menjadi lebih murah. 

Harga CPO  

Berikutnya, untuk harga CPO atau minyak kelapa sawit di Bursa Derivatif Malaysia pada Maret 2024 menguat 36 poin menjadi 4.023 ringgit per metrik ton. Kemudian untuk kontrak acuan Mei 2024, kelapa sawit menguat sebesar 61 poin menjadi 3.924 ringgit per metrik ton.

Mengutip ReutersHarga kontrak minyak sawit Malaysia telah meningkat selama tiga hari berturut-turut pada Selasa (27/2/2024). Kenaikan ini mengikuti minyak saingannya dan pasar menunggu konferensi industri besar yang akan diselenggarakan di Kuala Lumpur minggu depan.

Harga minyak juga naik pada perdagangan Asia awal hari Senin (26/2) sehingga memperpanjang kenaikan selama tiga hari ini, karena gangguan pengiriman memicu kekhawatiran pasokan.

Menurut analis teknis Reuters Wang Tao, minyak sawit FCPOc3 dapat naik menjadi 3.914 ringgit per ton, karena berhasil stabil di atas garis tren naik

Kemudian berdasarkan catatan Bisnis, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) memproyeksi harga minyak sawit akan berada di kisaran US$950-US$1.000 per ton pada semester I/2024.

Adanya peluang harga CPO menyentuh harga US$1.000 pada semester I/2024 juga menimbang panen kedelai di Brazil yang tak maksimal, dan penanaman rapeseed dan bunga matahari yang belum dilakukan di Amerika Utara dan Eropa karena musim dingin.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia ditutup menguat 0,34% terhadap dolar AS pada Selasa (28/2). Ringgit yang menguat membuat minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper