Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke posisi Rp15.673 di hadapan dolar AS pada hari ini, Rabu (21/2/2024) jelang pengumuman Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI). Sederet mata uang Asia lainnya bervariasi, sedangkan dolar AS terkoreksi pagi ini.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.05 WIB, mata uang rupiah dibuka melemah 0,08% atau 13 poin ke level Rp15.673 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau turun 0,04% ke posisi 104,03.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya terpantau melemah terhadap dolar AS pagi ini. Misalnya, dolar Singapura turun 0,05%, yuan China melemah 0,05%, ringgit Malaysia turun 0,13%, dan baht Thailand turun 0,11%.
Sementara itu, mata uang Asia yang masih kebal terhadap dolar AS yakni yen Jepang dan dolar Hongkong masing-masing naik 0,01%, won Korea naik 0,09%, rupee India naik 0,05%, dan dolar Taiwan menguat 0,01%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan Bank Indonesia (BI) diperkirakan bakal menahan suku bunga alias BI Rate tetap di level 6% pada pertemuan 20-21 Februari 2024 lantaran inflasi dalam negeri saat ini tetap dapat terjaga.
Pada bulan Januari 2024 menunjukkan inflasi tahunan mencapai 2,57% alias lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama tahun lampau yang mencapai 5,28%.
Baca Juga
Di sepanjang tahun 2024, rupiah diperkirakan bakal menunjukkan stabilitas nilai tukar yang condong menguat, didukung oleh meredanya ketidakpastian global, kecenderungan penurunan imbal hasil (yield) obligasi negara maju, serta penurunan tekanan penguatan dolar AS.
Selain itu, ekonomi Amerika Serikat (AS) dan India tetap kuat berkah konsumsi rumah tangga dan investasi yang terus mendukung. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat lantaran konsumsi rumah tangga dan investasi tetap lesu, dipengaruhi oleh pelemahan sektor properti dan keterbatasan stimulus fiskal.
"Untuk perdagangan hari ini, diprediksi mata uang rupiah akan fluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.650 - Rp15.720 per dolar AS," ujar Ibrahim dalam riset, dikutip Rabu (21/2/2024).
Sementara itu, para pelaku pasar mulai memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal oleh The Fed setelah serangkaian pembacaan inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Januari, sementara beberapa pejabat Fed juga memperingatkan agar tidak bertaruh pada penurunan suku bunga lebih awal.
Risalah pertemuan terakhir The Fed, yang dijadwalkan pada hari ini, kemungkinan akan menjadi rilis utama bagi investor minggu ini. Investor memperkirakan penurunan suku bunga The Fed sekitar 90 basis poin tahun ini, menurut perkiraan pasar uang, turun tajam dari sekitar 145 basis poin pada awal Februari.