Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) diperkirakan melanjutkan pelemahan, setelah kesepakatan harga divestasi 14% saham dipatok sekitar Rp3.000 per lembar atau berada jauh di bawah harga pasar saat ini.
Presiden Direktur Kiwoom Sekuritas Indonesia Changkun Shin mengatakan bahwa ketika harga divestasi di bawah harga saat ini, maka saham INCO akan direspons negatif oleh pelaku pasar.
“Harganya diperkirakan melanjutkan penurunan menuju harga divestasi tersebut, dan setelah itu ada peluang menguat usai tekanan jual mereda seiring kondisi valuasi yang sudah undervalued,” ujar Shin ketika dihubungi Bisnis, Jumat (16/2/2024).
Senada, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer mengatakan MIND ID mendapatkan harga diskon untuk membeli saham divestasi INCO dari dua pemegang saham utama. Harga divestasi INCO di sekitar Rp3.000 tergolong cukup murah kalau dibanding nilai pasar saat ini.
“Dibanding harga penutupan tanggal 15 Februari 2024 yaitu Rp4.000, harga ini mencerminkan sebuah diskon sebesar 23,25% yang diterima MIND ID,” kata Axell kepada Bisnis, Jumat (16/2/2024).
Harga divestasi yang berada di bawah harga pasar atau harga diskon memberikan sentimen negatif bagi sahamnya. Axell mengatakan kemungkinan saham INCO akan tertekan karena harga divestasi ini dapat dianggap sebagai implied fair value atau nilai wajar untuk saham INCO.
Baca Juga
Pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (16/1/2024), saham INCO bergerak di jalur merah dan parkir di level Rp3.690 per saham. Posisi ini tergerus 7,75% atau 310 poin dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya di level Rp4.000. Secara year to date, saham INCO telah turun sebesar 14,39%.
INCO bergerak di rentang Rp3.650 hingga Rp4.000 per saham adapun sebanyak 52,63 juta saham beredar dengan nilai transaksi mencapai Rp199,48 miliar. Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp36,67 triliun dengan PER sebesar 8,67 kali dan PBVR sebesar 0,93 kali.
Dihubungi terpisah, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani juga menyampaikan bahwa pergerakan saham INCO akan dipengaruhi oleh prospek underlying perusahaan yakni nikel, terlepas siapa pun yang menjadi pemegang saham pengendali.
“Karena harga INCO dipengaruhi oleh harga underlying komoditasnya yakni nikel dan harga nikel hingga saat ini masih dalam tren penurunan,” kata Arjun kepada Bisnis.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan Holding BUMN tambang PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID telah mencapai kesepakatan harga akuisisi 14% saham INCO di kisaran Rp3.000 per lembar.
Dia menambahkan bahwa proses divestasi saham INCO tinggal mengurus berkas administrasi. Arifin berharap dalam beberapa hari ke depan, seluruh proses administrasi, transaksi, dan kejelasan investasi tersebut dapat segera diselesaikan.
Di sisi lain, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menuturkan bahwa saat bernegosiasi dengan Vale, pemerintah secara tegas meminta sisa kewajiban divestasi dilepas dengan harga diskon, dan menolak harga pasar atau premium yang ditawarkan Vale.
“Waktu saya negosiasi sama Vale harus ada diskon pricing kalau tidak mau relinquish, dan saya ini bukan berarti tidak suka sama Vale. Ini prinsip supaya yang namanya profesionalisme dalam negosiasi saham juga profesional seperti Vale,” tuturnya, Selasa (13/2/2024).
INCO diketahui tengah menyelesaikan proses divestasi 14% kepemilikan saham Vale Canada Limited dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd kepada MIND ID.
Setelah penyelesaian transaksi, MIND ID akan menjadi pemegang saham terbesar INCO dengan kepemilikan 34% saham yang diterbitkan. Adapun, Vale Canada Limited dan Sumitomo Metal Mining masing-masing akan memegang sekitar 33,9% dan sekitar 11,5% saham.
_____________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.