Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gerak IHSG pada Pemilu 20 Tahun Terakhir Jelang Masa Pencoblosan

secara historis, IHSG cenderung positif selama gelaran pemilu beberapa tahun terakhir. Bahkan tahun politik 2024 juga akan memberikan dampak positif bagi IHSG.
Artha Adventy,Rizqi Rajendra
Artha Adventy & Rizqi Rajendra - Bisnis.com
Jumat, 9 Februari 2024 | 10:00
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (5/2/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (5/2/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Gelaran Pemilu tinggal sedikit lagi mendekati hari pencoblosan, tepatnya pada 14 Februari 2024. Sejalan dengan hal tersebut, sejumlah analis memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpeluang menguat terbatas pada Februari 2024.

Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) sekaligus Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto menjelaskan secara historis, kinerja IHSG cenderung positif selama gelaran pemilu beberapa tahun terakhir. Bahkan tahun politik 2024 juga akan memberikan dampak positif bagi IHSG.

“Kalaupun pernah ada tekanan di awal masa proses kampanye, namun pada saat usai proses pemungutan suara indeks kembali menguat,” ujar David belum lama ini.

Berdasarkan data, pada pemilu 2004 yang terjadi dalam dua putaran, IHSG terpantau melemah pada pelaksanaan Pemilu. Namun demikian, saat pengumuman hasil Pemilu, pelaksanaan putaran kedua serta penetapan presiden, IHSG tren positif.

Pemilu 2004, IHSG naik 17,70%, berdasarkan hitungan per akhir 2003 hingga hari pemilihan presiden putaran kedua pada tengah September 2004. Pelaksanaan Pemilu dengan 5 pasangan capres-cawapres pada April 2004 hingga April 2005 IHSG bergerak di rentang 725 hingga 1.150.

Selanjutnya pada pemilu 2009 dengan 3 pasangan calon presiden, IHSG kembali bergerak di tren positif. April 2009, mulai dari masa kampanye hingga penetapan presiden terpilih, IHSG bergerak dalam tren positif.

Awal masa kampanye, IHSG berada di kisaran 1.300an dan berakhir di posisi 2.000 pada saat penetapan presiden dan wakil presiden terpilih. Pemilu 2009, IHSG berhasil melonjak tinggi 53,70% ke 2.083 dari Januari 2009 hingga 7 Juli 2009 atau sehari sebelum pemilihan presiden dan wakil presiden.

Selanjutnya pada pemilu 2014, IHSG menguat 17,6%. April 2014, IHSG berada di level sekitar 4.700an dan berakhir di level 5.000 sesaat sebelum masa pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih. 

Penguatan IHSG yang lebih kecil adalah pada saat pemilu 2019, di mana IHSG bergerak menguat 4,60%. Masa kampanye menjelang pemilu 2019, IHSG berada di level 6.300an dan berhasil parkir di atas 6.500. namun IHSG sempat anjlok hingga di bawah 5.900 pada akhir Mei 2019. IHSG kembali menguat jelang penetapan pemenang Pemilu. 

Historis IHSG yang menguat pada saat pemilu juga disebut akan kembali terjadi di pemilu 2024. David menyebutkan jika pada saat Pemilu uang beredar di masyarakat menjadi lebih banyak. Biaya pemilu secara keseluruh tercatat sebesar Rp119 triliun. 

Meski demikian, David menyampaikan bahwa faktor perekonomian dan kebijakan pemerintah yang diterapkan juga akan berpengaruh pada pergerakan indeks saham. Dengan anggaran sebesar Rp199 triliun pasti akan terjadi belanja barang dan jasa yang merata di seluruh negeri. 

“Baik partai, caleg, capres, cagub, cabup, cawakot dll pasti akan belanjakan dananya untuk kampanye. Dan dari sini diharapkan perekonomian akan berputar,” ungkap David.

Ramalan IHSG Februari 2024

Sementara itu, pada perdagangan Rabu (7/2/2024), IHSG ditutup melemah 0,17% atau 12,25 poin ke level 7.235,15. secara year to date, indeks komposit telah terkoreksi 0,52%.

Pelemaahan tersebut sejalan dengan laporan CSA Index untuk periode Februari 2024 yang sebesar 59,7 poin. Hal tersebut mengindikasikan penurunan tingkat optimisme dibandingkan bulan Januari yang mencapai angka 83,7. Penurunan ini mengindikasikan pelaku pasar kurang bergairah dalam menghadapi perdagangan di bulan Februari ini.

"Adanya Pemilu yang diadakan di bulan ini serta pelemahan nilai tukar rupiah menjadi alasan yang cukup banyak dikemukakan pelaku pasar," papar Tim CSA.

Meskipun turun, tapi dengan angka diatas 50 menunjukkan bahwa lebih banyak pelaku pasar yang memprediksi IHSG akan bullish di bulan Februari. Konsensus untuk penutupan IHSG pada bulan Februari 2024 adalah sebesar 7.258 mengindikasikan kenaikan tipis dari penutupan pada bulan Januari 2024 di angka 7.207.

Berdasarkan hasil deep interview diketahui pelaku pasar melihat bahwa ketidakpastian akibat Pemilu cukup tinggi. Apabila Pemilu selesai dengan satu putaran, maka ini akan menjadi hal yang positifsehingga pelaku pasar dapat dengan segera mengalokasikan asetnya untuk menyesuaikan dengan hasil Pemilu.

Akan tetapi, apabila berlangsung dua putaran, maka ketidakpastian masih akan berlanjut hingga Pemilu putaran kedua diadakan. Selain itu, faktor pelemahan rupiah dan potensi peningkatan tensi geopolitik dipercaya juga semakin memperberat langkah IHSG.

Senada, pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project, William Hartanto mengatakan, Pemilu satu putaran akan berdampak positif terhadap indeks, terlepas dari siapapun kandidat yang menang Pilpres baik Anies, Prabowo, atau Ganjar. Menurutnya Pemilu yang selesai 1 putaran akan mempercepat berakhirnya ketidakpastian terhadap pasar modal.

"Oleh karena itu dampaknya ke IHSG akan signifikan," ujar William kepada Bisnis, pada Kamis, (1/2/2024).

Secara spesifik, William menyoroti pasangan capres dan cawapres nomor urut 2 Prabowo-Gibran yang mendapatkan dukungan dari pelaku pasar modal dan konglomerat. Beberapa konglomerat yang mendukung Prabowo di antaranya yakni Garibaldi Thohir, Aburizal Bakrie, hingga Pieter Tanuri.

"Karena banyak dukungan terhadap Prabowo datang dari konglomerat dan pelaku pasar, maka ada kemungkinan efeknya adalah penguatan IHSG," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, dalam kondisi 1 bulan terakhir, terlihat jelas bahwa IHSG masih konsolidasi, ada penguatan pada sektor perbankan namun net buy asing masih tipis, padahal dari kinerja emitennya banyak yang bertumbuh.

"Ini berarti memang ada yang sedang ditunggu pasar, dalam hal ini juga ditunggu oleh investor asing, terhadap suatu sentimen yang belum terealisasi, dan karena dalam waktu dekat ini ada sentimen Pemilu maka hasil Pemilu inilah yang sedang ditunggu," ujar William.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper